Liputan6.com, Paris Seharusnya, Jumat 13 November adalah Jumat seperti biasanya di kota penuh cahaya itu. Ada tarian, kopi hangat, musik dan bola. 129 korban dari serangan mematikan itu jelas tak punya firasat apapun bahwa nyawa mereka melayang akibat serangan brutal para teroris.
Perdana Menteri Prancis Manuael Valls mengatakan pada Minggu 15 November lebih dari 100 korban tewas berhasil diidentifikasikan. Serangan teroris 13 November itu adalah serangan paling parah yang pernah dialami Prancis sejak Perang Dunia II. Otoritas kesehatan mengatakan bahwa ada sekitar 20 atau 30 jenazah masih menunggu untuk diidentifikasi.
"Mereka bukan korban tanpa nama. Mereka pernah hidup, anak-anak muda, mereka yang diserang itu sedang menikmati mal yang tenang di kafe, menikmat pertunjukkan musik," kata Valls seperti dilansir The Guardian (Senin 16/11/2015)
"Tak ada doter, sukarelawan, psikolog yang bisa menyembuhkan luka hati keluarga korban, namun dengan menolong mereka mengidentifikasi, menemani mereka, itulah tugas kami," imbuh dia.
Sebelumnya dilaporkan bahwa keluarga dan teman memasang para foto korban mencari tahu di mana mereka berada lewat sosial media.
Salah satunya datang dari seorang teman yang mencari pasangan sahabatnya Marie dan Mathias yang berada di Batclan. Namun, pada Sabtu 14 November, ia berhasil menemukan mereka. Telah meninggal.
"Pencariaku berakhir. Aku tak bisa berbicara apapun, hanya air mata. Maria dan Mathias, mereka telah meninggalkan kita semua." tulis sesorang dalam Facebook-nya.
Orang-orang yang hingga kini masih hilang, menurut postingan di Twitter, termasuk Lucie yang berusia 12 tahun dan Serkan 15 tahun.
Selain itu, sesorang yang juga putus asa berkicau dalam media sosial. "Aku mencari saudara laki-lakiku dan temannya. Mereka ada di bar dekat Bataclan. Saudaraku bernama Florian berusia 16 tahun, dia berambut pirang dan bermata hijau. Sementara temannya, Romain 17 tahun, berambut cokelat dan bermata biru. Please, temukan mereka," tulisnya seperti dilansir dari Daily Mail.
Salah satu korban yang berhasil diidentifikasi adalah Nick Alexander dari Essex, Inggris. Ia adalah salah seorang penjual cinderamata band Eagles Of Death Metal . Sang kekasih, Polina Buckley, langsung terbang dari New York begitu mengetahui belahan jiwanya tewas.
Otoritas rumah sakit Prancis di Kota Paris telah merevisi jumlah korban tewas kembali ke angka 129 setelah sebelumnya data terbaru yang dirilis menyebutkan angka 132.
Baca Juga
Advertisement
Seperti dilansir The Guardian, Mingggu 16 November, menurut pihak rumah sakit, 3 orang yang terluka pada Jumat malam yang kemudian meninggal, sudah dihitung sebagai bagian dari korban yang meninggal sehari kemudian.
Sebelumnya, pejabat medis di Kota Paris menyebutkan korban tewas meningkat menjadi 132 setelah 3 orang meninggal di rumah sakit akibat luka mereka. Serangan itu meninggalkan 352 korban luka dan 99 kritis.
7 Rangkaian aksi teror di 6 lokasi berbeda di Paris, Jumat 13 November malam sebelumnya diduga telah menewaskan lebih dari 150 orang. Karena itu, Presiden Prancis Francois Hollande menyatakan 3 hari berkabung nasional pasca-insiden tersebut. (Rie/Mut)