Stand Up Comedy Academy 2015 Sukses karena `Indosiar Effect`?

Lewat SUCA, Indosiar membawa stand up comedy jadi tontonan rakyat.

oleh Puji Astuti HPS diperbarui 16 Nov 2015, 14:50 WIB
Komika Mas Cemen tampil menghibur penonton dalam acara Grand Final Stand Up Comedy 2015 di Studio Indosiar, Jakarta, (13/11/2015). Mas Cemen, Ephy, dan Musdalifah menjadi Grand Finalis Stand Up Comedy 2015. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Grand Final Stand Up Comedy Academy (SUCA) 2015 sukses digelar Jumat, 13 November 2015 lalu. Kita sudah tahu, Cemen jadi juaranya.

Pria bernama lengkap Chrismanto Eka Prastio asal Brebes kelahiran 17 April 1994 ini mengalahkan 2 rival kuatnya, yakni Ephy (NTT) dan Musdalifah Basri (Pinrang). Sebagai pemenang, ia berhak mendapatkan total hadiah uang tunai sebesar Rp 100 juta.

Banyak drama terjadi di panggung Grand Final SUCA 2015 pada Jumat malam lalu. Salah satunya, Cemen mendapat surprise kedatangan biduan idolanya yang kerap ia gunakan sebagai materi lawakan di SUCA. Zaskia Gotik tak hanya memanaskan suasana, tapi juga jadi jawaban Cemen buat permintaannya yang tak kunjung padam: akun Twitternya di-folback. Tapi bukan Twitter, melainkan Instagram.

Pelawak Abdel dan Temon saat beraksi diatas panggung Grand Final Stand Up Comedy 2015 di Studio Indosiar, Jakarta, Kamis (13/11/2015). Para Finalis akan merebutkan memperebutkan hadiah ratusan juta rupiah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Gegap gempita Grand Final SUCA 2015 mendapat atensi membanggakan. Hashtag #GFStandUpAcademy menjadi trending topic Indonesia nomor satu dan dibahas tak kurang dari 664.372 kali oleh pengguna Twitter. Acaranya lalu berjaya di papan rating menduduki peringkat 2 dengan raihan rating/share 6,4/34,3 persen.

Dengan estimasi ditonton kurang lebih oleh 17 juta pemirsa TV, ini membuat Indosiar jadi stasiun televisi nomor 1 dengan TV share mencapai 18,6-19 persen.

Meledaknya program stand up comedy di Indosiar membuat wabah lawakan tunggal kini makin melanda Indonesia. Antusiasme masyarakat meningkat. Sekarang banyak orang yang ingin
jadi comic atau komika, sebutan bagi pelakon stand up comedy. SUCA 2016 bahkan sudah bukan hanya dilirik, tapi diantre. Padahal, proses audisinya baru akan berlangsung beberapa
bulan mendatang.

Stand up comedy sendiri sebenarnya bukan hal baru di dunia perlawakan Tanah Air. Mengutip artikel di sebuah tabloid, Indonesia punya Ramon Papana sebagai penggiat pertama, yang bersama sahabatnya Harry De Fretes menggelar lomba lawak tunggal di kafe mereka, Baim Kafe, pada 1992. Kemudian di tahun 1997, ia mengenalkan open mic, istilah bagi siapa pun untuk naik panggung dan melucu di hadapan tamu Comedy Cafe miliknya.

Muzdalifah Stand Up Comedy [Foto: Faisal R. Syam/Liputan6.com]

Tahun 2004, Iwel Sastra atau dikenal juga dengan Iwel Wel adalah komika pertama yang menggelar show stand up comedy pertama yang lalu mengantarkan stand up comedy ke sejumlah acara di stasiun TV. Terakhir, kita punya Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika sebagai generasi muda yang melanjutkan perjuangan Ramon dan Iwel untuk mempopulerkan jenis lawakan tunggal ini. Pandji tercatat pernah menggelar pementasan spesial "Bhineka Tunggal Tawa" pada 28 Desember 2011 di Gedung Perfilman Umar Ismail Jakarta.

Saat itu stand up comedy belum jadi budaya pop mainstream. Penggemar maupun pelakonnya lebih pas disebut sebagai kumpulan komunitas. Saat komunitasnya makin banyak, stand up comedy kemudian dilirik Metro TV dan dibuatkan acara Stand Up Comedy Show.

Kompas TV kemudian juga menggelar ajang Stand Up Comedy Indonesia yang lantas banyak melahirkan comic. Nama-nama seperti Ernest Prakasa, Ge Pamungkas, Babe Cabitha, Kemal Palevi, dan masih banyak lagi terangkat dari ajang ini.


Kehebatan SUCA 2015

3 Finalis SUCA 2015. (dok. Twitter Indosiar)

SUCA Tontonan Semua Kalangan

Namun, sejatinya acara-acara stand up comedy ini hanya diketahui segelintir masyarakat. Hal ini tak lepas dari jangkauan tayang stasiun TV tersebut yang sangat terbatas. Baru kemudian tahun ini Indosiar lewat SUCA mengibarkan pamor stand up comedy ke puncak. Bukan tanpa alasan anggapan ini mengemuka.

Indosiar tak hanya memiliki jangkauan tayang yang lebih luas, bisa disaksikan lebih banyak masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Selain itu, Indosiar juga dikenal bisa mengangkat sebuah kontes atau ajang apa pun menjadi sebuah acara dengan kemasan yang menarik.

Ini dibuktikan dengan sukses Dangdut Academy yang berjaya selama 2 tahun berturut-turut. Beranak-pinak ke D'Terong Show dan Bintang Pantura. Jika kemudian Indosiar bisa mengklaim
membawa stand up comedy naik level jadi tontonan rakyat, rasanya sih sah-sah saja.

Stand Up Comedy Academy [Foto: Faisal R. Syam/Liputan6.com]

Stand up comedy pada awalnya hanya bisa dinikmati di kafe-kafe dengan segmen penonton terbatas. Beranjak ke kampus-kampus melalui pertunjukan kecil-kecilan. Ketika masuk ke
televisi, biasanya stand up comedy menyediakan kursi penonton untuk ditempati mahasiswa. Mahasiswa adalah kaum intelektual muda.

Tak heran, kontes atau ajang adu stand up comedy lalu identik dengan pelawak-pelawak tunggal berbakat yang menjaring audisi di kampus atau gedung perkuliahan. Pesertanya rata-rata adalah mahasiswa. Beberapa nama comic yang kini kita kenal bahkan adalah mahasiswa yang sulit lulus kuliah karena keburu nyemplung di stand up comedy. Contohnya Gilang Bhaskara, salah satu mentor di SUCA 2015.

Namun, ada juga anggapan SUCA tak hanya menaikan derajat stand up comedy, tapi juga membuatnya jadi terlihat jadi tontonan semua kalangan.

Jika dulu hanya dikenal sebatas kalangan mahasiswa saja atau mereka yang masuk status ekonomi kelas A dan B, stand up comedy kini memang jadi tontonan segala lapisan masyarakat. SUCA tak membatasi kriteria peserta/calon comic. Cemen sang juara bahkan dibilang hanya guru les.

Para juri dan host Stand Up Comedy Academy. (foto: instagram.com/gadiiing)

Penonton SUCA juga tak hanya mahasiswa. Ibu rumah tangga, anak sekolah, pria, wanita, dengan segala pekerjaan pun jadi penonton setia. Apalagi Indosiar meletakkan SUCA di slot prime time pukul 20.00 WIB. Kontes stand up comedy lain kebanyakan tak mendapat privilige macam begini. Kontes stand up comedy di stasiun TV lain biasanya hadir di atas pukul 22.00 WIB.

Tak ayal, SUCA pun bisa sukses jadi tontonan favorit pemirsa sejak tayang perdana 5 Oktober silam. Pujian sungguh layak kita sematkan pada Indosiar yang tanpa ragu menempatkan stand up comedy jadi tontonan umum yang tak lagi dipandang sebelah mata. "Indosiar Effect," begitu banyak orang bilang.

Setelah sukses SUCA, jangan khawatir. Indosiar masih akan memanjakan comic lovers dengan acara Stand Up Comedy Club dan Stand Up Comedy Celeb sebelum memulai audisi SUCA 2016.
Dan kita patut berbahagia, stand up comedy kini bisa terus kita nikmati di TV nasional, jadi tontonan rakyat seperti lawakan Srimulat dahulu.* (Puj/Ade)**

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya