China Jadi Biang Kerok Ekspor RI Tergelincir

Realisasi ekspor pada bulan kesepuluh anjlok 20,98 persen menjadi US$ 12,08 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Nov 2015, 20:48 WIB
Ratusan peti kemas di area JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (22/10/2015). Mendag Thomas T. Lembong memproyeksikan, kinerja ekspor hingga akhir tahun akan turun 14% dan impor turun 17% secara year on year. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menegaskan, terperosoknya kinerja ekspor Indonesia pada Oktober 2015 hingga 20,98 persen disebabkan karena perlambatan ekonomi China. Sementara pelemahan nilai tukar rupiah tak sanggup mengangkat ekspor tersebut.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengungkapkan, perlambatan ekonomi China berdampak langsung memukul kinerja ekspor Indonesia, baik dari penurunan harga komoditas dan permintaan.

"Ekspor turun karena ekonomi China benar-benar melambat, dan dampaknya langsung ke kita karena ekspor kita ke China lumayan besar. Pengaruhnya juga terasa ke Malaysia dan Filipina," ucap Darmin di kantornya, Jakarta, Senin (16/11/2015).

Lebih jauh diakuinya, salah satu momen mendongrak laju ekspor adalah pada saat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah. Sayangnya hal ini tidak terjadi, karena industri dalam negeri belum mampu memanfaatkan pelemahan kurs rupiah.



"Saat rupiah melemah, harapannya ekspor meningkat. Tapi harga komoditas dan permintaan terhadap ekspor justru jatuh, karena ekspor kita tergantung pada sumber daya alam. Industri kita pun dari dulu belum terlalu baik, akibatnya pelemahan rupiah tidak mampu diiringi kenaikan ekspor," jelasnya.

Ia mengatakan, pemerintah perlu menata industri untuk mengerek kinerja ekspor meskipun ada industri yang sudah menyumbang peningkatan ekspor, seperti transportasi, alas kaki, emas dan perhiasan permata serta lainnya.

"Kondisi ini masih tergantung pada China. Kalau ekonominya mulai membaik, maka ekspor kita tidak akan jelek lagi," terang Darmin.

Untuk diketahui, realisasi ekspor pada bulan kesepuluh anjlok 20,98 persen menjadi US$ 12,08 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 15,29 miliar.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, neraca perdagangan Indonesia dengan China masih mengalami defisit hingga US$ 12,82 miliar sepanjang Januari-Oktober 2015. Total ekspor di periode tersebut tercatat sebesar US$ 11,01 miliar, lebih rendah dibanding impor US$ 23,82 miliar.

Khusus di Oktober 2015, ekspor Indonesia ke China sebesar US$ 1,09 miliar, sedangkan nilai impornya mencapai US$ 2,32 miliar. Sehingga ada defisit senilai US$ 1,22 miliar pada periode bulan kesepuluh ini. (Fik/Gdn)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya