Pengikut ISIS Cenderung Alami Gangguan Jiwa?

Apakah orang-orang yang bergabung dalam organisasi ekstremis seperti ISIS mengalami gangguan jiwa?

oleh Fitri Syarifah diperbarui 17 Nov 2015, 13:00 WIB
Melalui rekaman video, ISIS ancam serang Amerika Serikat. (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta Rangkaian aksi yang dilancarkan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) belum lama ini di Prancis kian menimbulkan tanda tanya, apakah
keterlibatan orang di dalamnya memiliki gangguan jiwa? Mengapa mereka begitu tega menghancurkan satu kaum lain, atau bagaimana bisa manusia memiliki rasa keji dan nol empati?

Menurut Dokter spesialis Kesehatan jiwa, Safyuni dari RS Soeharto Heerdjan, ada dua kondisi mental yang memicu gangguan jiwa pada
seseorang yaitu distres dan disfungsi sosial.

"Seseorang yang mudah terjerumus satu aliran seperti ISIS belum tentu terkait dengan gangguan jiwa. Kita bisa periksa dulu apakah dia mengalami distres atau stres yang buruk sehingga membuat orang lain menjadi tidak nyaman baik secara fisik maupun psikis. Dan apakah dia mengalami disfungsi baik sosial, pekerjaan atau pendidikan," katanya saat dihubungi Health-Liputan6.com, Selasa 17/11/2015).

Safyuni menerangkan, ketika seseorang menjadi mudah terpengaruh atau terjerumus lingkungannya yang buruk, biasanya memang akan memengaruhi kepribadian. Namun dia menegaskan, karakter itupun tergantung dari pemahamannya.

"Karakter manusia dibentuk dari 4 faktor, fisik, mental, spiritual dan interaksi sosial. Bila salah satu pemahaman mereka salah, maka perlu dikaji ulang apa yang menyimpang darinya," ungkapnya.

Dia menambahkan, penderita gangguan jiwa biasanya memiliki bibit atau stresor yang membuat perilakunya berbeda dibandingkan manusia normal lainnya. Untuk itulah dia menyarankan siapapun untuk peka terhadap mekanisme gangguan jiwa seperti stres yang berkepanjangan atau sulit menahan emosi dalam jangka waktu tertentu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya