Tim Biologi Sigap Selamatkan Ekosistem Pasca-Jebol Tanggul Brasil

Para ahli telah memperingatkan bahwa jebolnya tanggul berisi bahan kimia tambang bisa menghapus generasi terakhir ekosistem di sungai itu.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 17 Nov 2015, 18:10 WIB
Tim Biologi Sigap Selamatkan Ekosistem Pascajebol Tanggul Brasil, banyak ikan ditemukan mati. (Reuters)

Liputan6.com, Sao Paolo - Pada 5 November, sebuah bendungan tambang di Minas Gerais, tenggara Brasil, jebol. Tanggul Fundao itu dimiliki oleh Samarco, perusahaan patungan Vale dan BHP Biliton, ambruk sekitar pukul 04.20 waktu setempat dan mengalirkan air deras serta lumpur ke Kota Bento Rodrigues, tempat sekitar 620 orang tinggal 7 kilometer dari lokasi tersebut.

Sebanyak 15 orang dilaporkan tewas dan 45 hilang. Air cokelat berlumpur menggenangi sebagian besar kota itu.

Setelah berhasil mengevakuasi penduduk dan menyelamatkan para korban, kini para tim ahli biologi berjibaku menyelamatkan ikan dan ekosistem sungai yang terkontaminasi bahan kimia dari bendungan itu, seperti dilansir The Guardian, Selasa (17/11/2015).

Perusahaan tambang Samarco dalam pernyataannya mengatakan perusahaannya mendukung segala logistik dalam operasi yang disebut Noah's Ark Operation untuk menyelamatkan kehidupan mahkluk air di Sungai Doce. Para ahli pun memperingatkan bahwa jebolnya bendungan itu bisa menghapus generasi terakhir ekosistem di sungai itu.

Samarco juga membantu menggali sumur di sepanjang sungai itu agar bisa menjadi sumber air bagi ribuan penduduk yang terkena imbas bencana. Pasokan air di kota-kota Minas Gerais dan negara bagian tetangga Espirito Santo terpaksa dihentikan setelah sejumlah ikan, kura-kura, dan ekosistem air lainnya ditemukan mati.

Media lokal melaporkan bahwa Kepulauan Abrolhos--salah satu pusat kehidupan ekosistem laut Brasil--bisa berisiko terkena imbas lumpur yang mengandung bahan berbahaya menuju ke laut. Kepulauan itu terletak di utara, di mana sungai Doce berakhir Samudera Atlantik.

Meski hal itu bisa terjadi tergantung dengan angin dan gelombang.

Lumpur merah berisi zat kimia berbahaya yang terbawa bisa jadi menuju ke area sensitif di mana spesies yang dilindungi seperti penyu laut dan lumba-lumba tinggal.

"Kalau pola arus sungai sama seperti saat bendungan itu jebol, tumbuhan dan hewan bisa hancur," kata Joao Carlos Thome, koordinator lingkungan hidup Brasil.

Kendati perusahaan mengatakan bahwa lumpur itu tidak beracun bagi manusia, tes mengatakan sebaliknya. Dalam air ditemukan besi dan alumunium yang takarannya melebihi batas maksimum, sehingga dapat membahayakan makhluk hidup.

Komite Dam Brasil menyebut jebolnya bendungan Samarco bisa menjadi yang terburuk yang pernah terjadi di Brasil.

Sebelum ini bencana bendungan mematikan di negara itu terjadi pada 1986. Ketika itu bendungan Mina de Fernadinho ambrol dan menewaskan 7 orang.

(Rie/Tnt)**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya