Liputan6.com, Denpasar - Kepala Sekolah Dasar Negeri 12 Sanur, Bali, I Ketut Ruta mengaku pernah akan mengadopsi Angeline saat masih hidup. Itu dilakukan lantaran bocah malang itu dinilainya berasal dari keluarga tak mampu.
"Saya sempat menduga sepertinya Engeline berada di lingkungan keluarga yang tidak mampu," kata I Ketut Ruta saat menjadi saksi dalam persidangan di Pengadilan Negeri Denpasar, Bali, Selasa 17 November 2015.
Dia menuturkan rencana itu timbul lantaran kondisi Angeline yang tidak terurus. Di sekolah, penampilan Angeline acak-acakan dan kerap tertidur di dalam kelas. Hal itu diketahui berkat laporan dari wali kelas Angeline.
Baca Juga
Advertisement
"Angeline keliatan kurus, lesu, dan rambut acak-acakan seperti tidak disisir. Angeline sering terlambat, ketiduran di kelas. Anaknya juga pendiam," ungkap dia di depan hakim Edward.
Ketut Rutha mengungkapkan, saat pertama kali bertemu Angeline, kondisinya sedikit berbeda dengan teman-teman sebayanya yang selalu ceria jika di sekolah.
"Sempat terbesit mengadopsi Angeline. Karena, saya fikir Anegline adalah anak dari keluarga kurang mampu," tukas Ketut Rutha.
Bocah Angeline ditemukan tewas mengenaskan di belakang rumah ibu angkatnya, Margriet, dekat kandang ayam. Jenazahnya dikubur dan dibungkus seprei sambil memeluk boneka kesayangannya.
Hasil autopsi menyebut jenazah Angeline penuh luka di sekujur tubuhnya. Diduga bocah tak berdosa ini menjadi korban kekerasan Margriet. Polisi menetapkan 2 tersangka dalam kasus dugaan pembunuhan sadis ini, yakni Margriet Megawe dan bekas pegawai rumahnya, Agus Tay Hamda May. (Ali/Vra)