Liputan6.com, Stockholm - Apakah warga Swedia kecanduan dengan ponsel pintar mereka?
Dua warga lokal membenarkan pertanyaan tersebut. Mereka telah menyebabkan kekacauan dunia maya dengan membuat rambu-rambu tidak resmi.
Advertisement
Tanda pengingat tersebut kini tengah menjadi perbincangan di seluruh Swedia minggu ini setelah terlihat di sejumlah tempat di Ibu Kota pada akhir pekan.
Dikutip The Local, Rabu 18 November 2015, rambu itu menggambarkan dua orang— pria dan wanita — yang sedang berjalan kaki sambil menatap layar ponsel pintar mereka. Tak berbeda dengan warga Swedia lainnya-- di mana sekitar 70 persen populasi pengguna aktif Facebook dan tiga seperempat membagikan foto melalui Instagram.
Jacob Sempler, pembuat rambu tersebut bersama temannya Emil Tiisman kepada The Local, mengatakan, "Aku pengguna aktif media sosial juga. Ketika berangkat kerja aku hampir ditabrak karena menatap layar ponsel seperti kecanduan. Baru pada saat itulah aku menyadari tak hanya aku yang bersikap seperti itu. Hal ini sebaiknya dijadikan perhatian."
Lanjutnya kepada The Local, "Baru pada saat itulah aku menyadari tak hanya aku yang bersikap seperti itu dan sudah saatnya menjadi perhatian warga.”
Kedua orang yang bekerja dalam periklanan kreatif, dengan cepat mendapatkan dukungan dari warga Swedia yang kecanduan teknologi-- yang mungkin melihat sedang membaca berita tersebut melalui ponsel pintar mereka.
"Zaman modern," tulis seorang pengguna Twitter. "Hati-hati, pengendara' melaju," ungkap pengguna lainnya.
Mereka bahkan mendapat tanggapan dari MTR, grup pengelola kereta bawah tanah Stockholm, "Ada baiknya jika rambu dipasang di stasiun bawah tanah. Ini akan membantu warga untuk saling memerhatikan. Periksa ponsel Anda ketika sudah di atas kereta."
"Sepertinya banyak orang bisa memahami rambu ini, yang sudah menyebar seperti penyakit. Anda bisa melihat itu di seluruh dunia. Jika berjalan di kota belakangan ini, orang-orang sudah terpana kepada layar ponsel mereka. Ini tragis sekaligus lucu-- media sosial telah membuat kita kurang bersosialisasi," ungkap Sempler.
Namun, kampanye itu telah dipersingkat oleh pemerintah setempat. Departemen lalu lintas Stockholm mengungkapkan kepada media setempat bahwa meski mereka bersimpati atas pesan tersebut, petugas harus melakukan penyitaan. (Alx/Rcy)*