Sekolah Larang Murid Tunanetra Bawa Tongkat ke Sekolah

Seorang murid SD tunanetra dilarang membawa tongkat yang membantunya berjalan.

oleh Indy Keningar diperbarui 18 Nov 2015, 21:00 WIB
Seorang murid SD tuna netra dilarang membawa tongkat yang membantunya berjalan

Liputan6.com, Bristol - Keselamatan dan keamanan  sudah sepatutnya menjadi prioritas di sekolah. Namun ironi muncul ketika seorang gadis tunanetra dilarang membawa tongkat jalannya ke sekolah karena alasan 'keselamatan dan keamanan'.

Lily-Grace Hooper (7), terserang stroke saat masih berusia 4 hari, yang sekaligus merenggut penglihatannya. Sehari-hari, Lily-Grace perlu menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan.

Namun pihak sekolah SD Hambrook, Bristol, telah melarang membawa tongkat jalannya ke sekolah dengan alasan membuat guru dan murid di sekolahnya tersandung-sandung.

Melalui, Telegraph, Rabu (18/11/2015), pihak sekolah menganggap tongkat jalan miliknya membahayakan orang-orang di sekitarnya. Mereka berpendapat gadis cilik itu sebaiknya dituntun oleh setiap saat oleh seorang dewasa setiap saat.

Kabar itu membuat ibunya kecewa yang menganggap putrinya tidak akan bisa mandiri. menurutnya, kawalan dari orang dewasa akan membuat putrinya dijauhi anak-anak lain.

Mendekati Natal tahun lalu, ia menggunakan gulungan bekas kertas panjang untuk membantunya berjalan di rumah. Ketika ia meminta ibunya untuk sebuah tongkat, Yayasan Common Sense Cane memberikan tongkat jalan fiber khusus untuknya pada awal tahun ini.

Lily-Grace dan ibunya, Kristy. (foto: SWNS)

Lily-Grace pun mulai menggunakan tongkat pada bulan April. Ibunya, Kristy Hooper mengungkapkan bahwa tongkat itu sudah menjadi 'tangan tambahan' putrinya dan penggunaannya menjadi vital.

Kristy menyatakan, "Ia memiliki disabilitas, namun saya tidak ingin menganggapnya kekurangan, dan melatihnya mandiri. Saat sekolah melarangnya untuk membawa tongkatnya ke sekolah, saya berpikir ini peraturan kesehatan dan keamanan yang kacau."

"Ia tidak pernah punya masalah dengan murid lain, dan tidak ada orang tua yang mengeluh. Faktanya, mereka semua sangat suportif.

"Saya tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh pihak sekolah. Lily-Grace sangat menyukai tongkatnya, dan ia membutuhkannya untuk pergi ke sekolah, berjalan ke taman bermain, dan beraktivitas di sekolah," ai menambahkan.

"Saya betul-betul marah. Bagaimana dengan kesehatan dan keamanan anak saya? Saya menganggap sekolah baik, namun saran ini sungguh buruk."

Kristy menyatakan, "Sangat menggelikan. Jika Anda mengambil tongkat jalan dari tunanetra dewasa, Anda akan menyebutnya diskriminasi. Ini sama saja."

Kristy mengungkapkan tongkat yang digunakan Lily-Grace membantunya mandiri. (foto: bristolpost.co.uk)

Sarah Murrat, penemu Common Sense Canes, menyatakan, "Saya sangat mendukung Kristy, dan yang dihadapinya dari sekolah adalah omong kosong. Anak-anak perlu belajar mandiri, dan mereka perlu mulai sejak usia muda."

"Saya mendengar mengenai alasan kesehatan dan keamanan ini, dan tidak tahu apa yang dipikirkan sekolah. Mengapa Anda mengambil tongkat jalan dari anak kecil?"

Ia menambahkan bahwa tongkat untuk Lily-Grace lebih panjang dari tongkat biasa, dan lebih ringan, sehingga cocok untuk anak-anak.

Blind Children UK, yayasan utama bagi anak-anak dengan gangguan penglihatan menyatakan, pentingnya anak-anak belajar mandiri sejak kecil.

Seorang jubir mengatakan, "Menggunakan tongkat mengajarkan seorang anak menjaga dirinya tetap aman, dan menolong mereka untuk tidak bergantung pada orang lain. Alat bantu penting untuk membantu anak-anak yang kehilangan penglihatan agar bisa bergerak dengan lebih percaya diri dan mandiri ketika dewasa nanti.

"Walau tongkat tidak selalu cocok untuk semua anak dan pemuda tunanetra, jika mereka diajarkan penggunaannya oleh spesialis, seharusnya tidak ada masalah penggunaannya di sekolah.

Sebaliknya, ia disarankan menggunakan tongkat yang lebih pendek -- yang menurut orang tuanya tidak cocok karena sudah terbiasa dengan tongkatnya saat ini.

Guru kepala SD Hambrook, Jo Dent, mengungkapkan, "Kami mempertimbangkan seluruh murid, sehingga penting bagi kita mencari kesempatan untuk mendiskusikan situasi sebelum membuat keputusan.

"Kami semua ingin menyelesaikan masalah ini secepat mungkin, dan secara aktif mencari cara mendekati orangtua untuk mencari keputusan yang disetujui semua pihak.

"Murid tidak dilarang membawa tongkatnya, kami hanya meminta mereka untuk tidak menggunakannya di sekolah sementara waktu, sampai kita bertemu orang tua dan mendiskusikan situasinya. Diharapkan akan terpecahkan dalan satu atau dua hari." (Ikr/Rcy)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya