Liputan6.com, Jakarta Charlie Sheen dapat berharap dia akan hidup lebih lama lagi setelah ketahuan menderita HIV berkat obat yang bisa menyelamatkan penderita dari kondisi kornis hingga kematian. Sheen tentu saja berhutang pada obat yang disebut antiretroviral (ARV), yang dikembangkan sejak tahun 1990.
Selasa, 17 November Sheen mengumumkan bahwa level HIV dalam darahnya tak terdeteksi. Itu artinya sedikit virus ada dalam darahnya. Akibatnya, kandungan virus tak mencapai standar ukuran yang dipakai selama ini. Para dokter menyebutnya sebagai 'virally suppressed' atau virus yang tersupresi. Dengan demikian risiko dan komplikasi ke arah AIDS bisa ditekan dan dikurangi.
Advertisement
"Kasus Sheen ini merupakan contoh bahwa jika Anda menderita HIV dan mengonsumsi obat, Anda bisa hidup normal karena virus tersupresi,"ujar Profesor Ahli Kesehatan Global di Universitas Emory dan co-Director Emory Center untuk Riset AIDS di Atlanta, Carlos del Rio.
"Kita harus melakukan tindakan agar para penderita lain seperti Sheen ini agar epidemi bisa ditekan,"ujar Carlos. Level virus HIV yang terlalu rendah untuk terdeteksi biasanya tidak akan membuat penderita dengan mudahnya menularkan virus ini ke orang lain entah lewat aktivitas seksual atau jarum suntik, kata Profesor Ahli Retrovirologi dan Kesehatan Global di Baylor College of Medicine di Houston, Elizabeth Montgomery Collins.
Para ilmuwan menyebutnya ini adalah fenomena "treatment as prevention". Collin mengatakan masih menyarankan pasiennya untuk menggunakan kondom meski mereka sedang dalam pengobatan.