Liputan6.com, Jakarta Seluruh penumpang JT 990 seketika terkejut. Para penumpang rute penerbangan Surabaya-Denpasar yang terbang pada pukul 21.30 WIB, Sabtu 14 Nobember 2015, ini saling menatap satu dengan lainnya. Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka selain keheranan. Ada yang tidak biasa dari nada yang keluar dari pengeras suara.
"Terdengar suara aneh dan mendesah-desah dari speaker kabin selama perjalanan," tulis Lambertus dalam laman bandara.web.id, Minggu (15/11/2015) dan diunggah sekitar pukul 10.46 WIB.
Tidak saja dibuat heran. Suara desah juga membuat jantung penumpang berdentum. Penumpang khawatir akan keselamatannya selama dalam perjalanan.
Baca Juga
Advertisement
Mereka bertanya apa gerangan yang terjadi dari asal sumber suara, kokpit? Apakah keduanya dalam kondisi mabuk atau di bawah pengaruh narkoba?
Tidak hanya itu, penumpang juga dibuat terkejut dengan 'penawaran' dari kokpit yang menawarkan pramugari janda yang saat itu tengah bertugas. Mereka menilai tingkah pilot-kopilot ini tidak bisa ditolerir. Pasalnya, nyawa mereka menjadi taruhan selama di udara.
Tidak terima dengan perlakuan kru maskapai swasta nasional bertarif rendah tersebut, Lambertus dan beberapa penumpang lain akhirnya memutuskan untuk mengklarifikasi langsung dengan pilot dan kopilot sesampainya di Ngurah Rai, Denpasar.
Tapi apa daya, pilot yang bertanggung jawab selama penerbangan tersebut menolak untuk menemui penumpangnya. Akhirnya, Lambertus memutuskan untuk menuliskan 'kisah pahit'-nya itu di laman bandara-web.id.
Kehebohan Lion Air
Bukan kali pertama maskapai berlambang kepala singa ini buat heboh. Bila soal delay, bisa jadi tidak bisa dihitung dengan jari tangan dan kaki. Tapi yang teranyar adalah informasi mogoknya para pilot sebagai respons terhadap manajemen Lion Air, Februari 2015 lalu.
Selama tiga hari para penumpang dibuat terkatung-katung menunggu keberangkatan. Delay tidak lagi satu-dua jam. Keterlambatan bahkan mencapai belasan jam. Ruang tunggu bandara disulap menjadi tempat istirahat penumpang yang rela menunggu penerbangan.
Direktur Umum Lion Air Edward Sirait menyebut, permasalahan terjadi karena 3 maskapainya sedang diperbaiki karena menabrak burung. Meski hanya 3 pesawat, Edward menyebut dampaknya cukup besar dan mengganggu 21 rute penerbangan.
"(Kerusakan) Mengganggu 21 penerbangan waktu itu," sebut Edward di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (20/2/2015).
Selain menjelaskan adanya 21 penerbangan yang terganggu, Edward turut angkat bicara terkait isu ada pemogokan karyawan Lion Air. Dia menegaskan isu tersebut sama sekali tidak benar.
"Pegawai kami tidak ada yang mogok," bantah Edward.
Mundur jauh ke belakang, Februari 2012, dunia penerbangan juga dikejutkan dengan tertangkap basahnya pilot Lion Air yang mengisap sabu di sebuah hotel di Surabaya saat tengah menunggu waktu terbang.
SS (44), pilot asal BSD, Tangerang, dibekuk di kamar 2109 Hotel Garden Palace, Jalan Yos Sudarso, Sabtu (4/2/2015), sekitar pukul 03.30 WIB. Badan Narkotika Nasional (BNN) yang dipimpin Irjen Benny Joshua Mamoto saat itu menyita 0,4 gram sabu yang sudah dikonsumsi.
"Penggerebekan dipimpin langsung BNN dari Jakarta beserta gabungan dari BNN Provinsi Jawa Timur serta Direktorat Reserse Narkoba Polda Jatim," ujar Komisaris Besar Jan De Fretes, Direktur Penindakan dan Pengejaran BNN.
Rupanya, penangkapan SS adalah hasil pengembangan BNN 3 minggu sebelumnya. Badan yang bermarkas di Cawang, Jakarta Timur itu sebelumnya menangkap rekan kerja SS di sebuah hotel di Makassar.
"Kasus ini pengembangan dari Makassar. BNN berharap setelah kasus Makassar tidak ada lagi. Ternyata kok masih ada (pilot mengkonsumsi narkoba)," kata Jan.
Investigasi Internal
Lion Air bergerak cepat merespons laporan yang dilayangkan Lambertus. Tiga hari setelah laporan dibuat, Rabu (18/11/2015), pihak maskapai mengumumkan hasil temuannya berdasarkan bukti dan keterangan saksi-saksi saat kejadian berlangsung.
Lion mengakui adanya kesalahan prosedur dalam memberikan pengumuman kepada penumpang.
"Terdapat pelanggaran prosedur announcement oleh kopilot berupa ucapan selamat ulang tahun kepada salah satu awak kabin," kata Direktur Umum Lion Air Edward Sirait.
Namun, pernyataan tersebut tidak menjawab laporan Lambertus yang menyebut adanya 'penawaran' pramugari janda dari kokpit. Lambertus sebelumnya menyebut pilot berulang kali menawarkan hal tersebut.
"Pilot maskapai menawarkan staff crew pramugari yang berstatus janda kepada para penumpang melalui microphone berulang-ulang di dalam kabin Lion JT 990 penerbangan jam 19.15 WIB, tanggal 14 November 2015 dari Surabaya menuju Denpasar," tulis Lambertus.
Edward juga menjawab bahwa kesalahan yang dilakukan kopilot Lion Air tersebut bukan disebabkan karena yang bersangkutan di bawah kontrol narkoba.
"Kami tegaskan bahwa kopilot kami tidak dalam keadaan mabuk atau dalam pengaruh narkoba, seperti yang diberitakan dan dalam keadaan sehat walafiat. Hal ini diperkuat oleh kesaksian dari Pilot in Command serta awak kabin yang lain," ujar Edward.
Soal desahan yang buat waswas penumpang, Edward menyebut suara tersebut disebabkan mikropon kopilot yang terlalu dekat dengan bibir. Akibatnya, nada yang keluar melalui pengeras suara kabin mirip desahan.
"Terkait dengan adanya suara mendesah yang dimaksud adalah bukan seperti yang diberitakan, namun ketika kopilot melakukan announcement, nafas dari kopilot tersebut seperti tersengal sengal (cara bicaranya memang seperti itu) dan posisi mic pada saat itu terlalu dekat dengan bibir sehingga pada saat menarik nafas atau pada saat mau berbicara terdengar seperti desahan," beber dia.
Investigasi Sisakan Tanya
Investigasi internal rampung dilakukan Lion Air. 3 Poin klarifikasi dijawab pihak maskapai. Namun masih ada tanda tanya yang disisakan maskapai dalam menjawab laporan penumpangnya.
Dalam laporan tersebut Lambertus menyebut 'penawaran' pramugari janda dilakukan berulang. Namun, pihak Lion hanya menjawab pernyataan yang dilontarkan kopilot hanya ucapan ulang tahun.
Lalu soal desahan, Lambertus menyebutnya suara aneh dan desahan. Sementara pihak maskapai menyebutnya suara itu disebabkan karena mikropon yang terlalu dengan dekat bibir. Serta gaya bicara kopilot yang tersenggal-senggal.
Lalu siapa benar?
"Itu hasil dari investigasi kami dan hasil pemeriksaan saksi-saksi. Kalau perlu CVR kita buka," kata Kepala Humas Lion Air Andi Saladin kepada Liputan6.com, Rabu (18/11/2015), saat disinggung mengenai hasil investigasi internal Lion Air.
CVR atau Cockpit Voice Recorder, kata Andi, merekam seluruh percakapan yang ada di ruang pilot dan kopilot.
"Kalau diperlukan akan kita buka untuk pembuktian. Sekali lagi, tidak mungkin pilot kita berbuat seperti itu," ujar Andi. (Dry/Ali)