Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan para pimpinan negara anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2015 berjalan dengan aman dan lancar. Namun memang, di luar gedung tempat Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan ke-21 perwakilan negara anggota APEC bertemu, ratusan demonstran terus meneriakan protes atas perhelatan tersebut.
Uniknya, aparat kepolisian justru memutarkan lagu `Roar` Katy Perry guna membubarkan para pengunjuk rasa. Alhasil, sebagian demonstran merasa semakin marah dan sebagian lain justru terhibur dengan aksi aparat tersebut.
Melansir laman Rappler, Jumat (20/11/2015), aksi protes memang berlangsung ricuh lantaran para demonstran terus memaksa menembus batas penjagaan polisi guna masuk ke gedung pertemuan. Demonstran yang meneriakkan `Junk APEC` tersebut semakin tak terkendali dan memaksa polisi menembakkan water canon.
Baca Juga
Advertisement
Tak berhasil, para polisi akhirnya mengeluarkan senjata rahasianya, lagu pop Katy Perry dengan loudspeaker raksasa. Lagu Roar tersebut dimainkan dengan volume penuh guna mengganggu konsentrasi massa dan akhirnya membubarkan mereka.
Tak hanya itu, polisi juga memutarkan beberapa lagu lain di antaranya, `Islands in the stream`dari Dolly Parton, hingga lagu berjudul `How deep is your love` dari Bee Gee. Semua lagu diputar dengan volume sangat keras.
Guna menambah keramaian, beberapa polisi mengetuk-ngetukkan pentungannya sesuai dengan tempo musik yang diputar.
Beberapa demonstran merasa geli dengan aksi polisi tersebut. Sebagian lain merasa sangat geram karena akan semakin kesulitan menyampaikan pesan oposisinya terhadap globalisasi dan kebijakan perdagangan bebas yang didorong APEC.
"Kami hanya ingin suara kami didengar," ungkap salah satu demonstran.
Secara natural, para penduduk Filipina sangat mencintai musik. Di negara tersebut, musik dianggap sebagai alunan nada yang berdampak menenangkan.
"Setidaknya kami tetap bertoleransi pada para demonstran selama aksi unjuk rasa berlangsung. Musik itu memang sengaja dimainkan untuk menurunkan ketegangan yang tengah terjadi," ungkap juru bicara kepolisian Metro Manila Kimberly Gonzales.
Dia menegaskan, pemutaran lagu-lagu di tengah demonstrasi bukan taktik yang baru. Gonzales mengaku sangat memahami keseriusan isu tersebut dan tak bermaksud menghina siapapun.
Para pengunjuk rasa muncul saat Presiden Filipina Benigno Aquino tengah menyambut Obama, Presiden China Xi Jinping dan pimpinan negara lain anggota APEC. Para pengunjuk rasa mengecam agenda perdagangan bebas yang diusung APEC karena dirasa hanya menguntungkan perusahaan besar dan menyengsarakan orang miskin.
"Aquino seharusnya melindungi warganya. Globalisasi hanya menyebabkan harga barang naik dan sulit turun. Kami sungguh menolaknya," tegas salah satu demonstran. (Sis/Gdn)