Liputan6.com, Okinawa - Inilah makhluk yang memiliki persamaan 70% DNA dengan manusia, cacing merah muda, lembek dan berlendir yang tinggal di lautan terdalam.
Dikutip Daily Mail, Jumat (20/11/2015), setidaknya, ada 14.000 gen manusia yang dimiliki oleh cacing acorn (buah ek). Ilmuwan percaya, hubungan kita dengan makhluk avertebrata ini bisa dilacak hingga ledakan Kambrium yang terjadi 550 juta tahun lalu.
Advertisement
Periode itu dikatakan telah 'mengubah kehidupan di bumi untuk selamanya, dengan munculnya makhluk-makhluk kompleks dengan organ khusus dan perilaku.
Cacing acorn tinggal di dasar laut, dan makan dengan cara menyaring air laut melalui mulut yang mirip dengan sirip ikan. Celah ini mewakili perkembangan evolusi pada makhluk yang maju, tak seperti lalat atau cacing tanah.
Sejak cacing acorn berada pada 'posisi evolusioner penting' dan memiliki kesamaan gen dengan manusia. Periset dari Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University (OIST) membaginya menjadi dua spesies-- flava Ptychodera yang ditemukan di Hawaii, dan Saccoglossus kowalevskii, dari laut Atlantik.
Studi menemukan adanya 8.600 famili gen pada deuterostomes, dengan sekelompok besar hewan dari berbagai organisme, dari cacing acorn sampai bintang laut, kodok, anjing, sampai manusia. Secara keseluruhan berjumlah 14.000 gen.
Hal ini mengartikan bahwa ada sekitar 70% gen manusia yang ditemukan dari deuterostome asli. Dengan membandingkan genome cacing acorn dengan hewan lain, ilmuwan OIST menyimpulkan bahwa gen ini terdapat pada nenek moyang deuterostomes, hewan punah yang hidup setengah miliar tahun lalu.
Serangkaian gen yang diawetkan lebih dari setengah milyar tahun diperkirakan terkait dengan perkembangan pharynx, saluran yang menghubungkan rongga hidung dengan mulut dan tenggorokan pada cacing acorn maupun hewan bertulang belakang.
Walaupun serangkaian gen ditemukan pada cacing acorn dan manusia, hal ini tidak ditemukan pada serangga, gurita, cacing tanah, dan cacing pipih.
"Genomes mereka diperlukan untuk mengisi kekosongan terhadap pemahaman kita tentang gen yang terdapat pada nenek moyang yang serupa dengan deuterostomes," jelas Dr. Oleg Simakov, penulis utama studi.
"Analisis kami terhadap genome cacing acorn memberi pandangan sekilas terhadap kompleksitas nenek moyang Kambrium, dan memberikan dukungan pada hubungan kuni antaran perkembangan pharyngeal dengan gaya hidup penyaringan makanan yang berkontribusi kepada evolusi manusia." (Ikr/Rcy)