Liputan6.com, Paris - Bom bunuh diri meledak di tengah penggerebekan di area pinggiran Paris, Saint-Denis, Rabu 18 November 2011. Pelakunya adalah seorang perempuan yang mengenakan rompi penuh bahan peledak.
Namanya Hasna Ait Boulahcen. Perempuan 26 tahun itu adalah kerabat Abdelhamid Abaaoud, tersangka otak teror di Paris pada Jumat malam 13 November 2015.
Perempuan Prancis keturunan Moroko itu menjadi bomber bunuh diri perempuan pertama dalam sejarah Eropa Barat.
Wanita yang lahir pada 1989 itu diyakini sebagai pimpinan sel teror yang berniat menyerang Bandara Charles de Gaulle, Prancis.
Warga Aulnay-sous-Bois -- kampung halamannya -- mengatakan, Ait Boulahcen tinggal di sana hingga waktu menjelang terjadinya teror.
Ia dikenal sebagai sosok yang ekstrovert atau terbuka. Dan punya julukan 'cowgirl' karena kegemarannya pada topi. Ait Boulahchen gemar memakai topi lebar.
Advertisement
Tetangganya yang lain menyebutnya 'tomboy' karena sering mengenakan celana jins. Polisi juga telah dikerahkan untuk menggeledah rumah ibu pelaku.
Sang ibu mengaku, Ait Boulahcen baru belakangan ini diradikalisasi. Putrinya bahkan mengatakan ingin bergabung dengan ISIS dan ikut bertempur di Irak atau Suriah.
"Ia mengalami cuci otak," kata sang ibu, seperti dikutip dari situs News.com.au, Jumat (20/11/2015).
Sementara itu, saudara lelakinya mengatakan, Ait Boulahcen tiba-tiba menjadi radikal sekitar 6 bulan lalu. Ia juga mulai mengenakan niqab.
"Ia memutuskan untuk pergi dan tinggal bersama temannya di Drancy. Rabu kemarin, aku menyalakan televisi dan tahu bahwa ia telah tewas."
Berusaha Menjebak Aparat?
Tak diketahui pasti apa yang terjadi di dalam apartemen berlantai tiga yang menjadi lokasi penggerebekan.
Saksi mata dan para penghuni apartemen dilaporkan melihat seorang perempuan dengan 'rambut pirang panjang' menembakkan senapan Kalashnikov dari jendela. Sementara itu, polisi balas menembak dari atap bangunan lain.
Di tengah baku tembak, sorang saksi mata, Christian (20) mengaku mendengar suara perempuan meneriakkan, 'tolong, tolong, tolong aku.'
"Polisi sempat menanyakan identitas perempuan tersebut dan menunjukkan diri. Dan ia muncul dengan tangan terangkat namun tak menunjukkan wajah," kata Christian kepada Le Parisien.
Diduga, ia mencoba untuk menjebak para petugas masuk dalam perangkap sebelum akhirnya meledakkan diri.
Komandan pasukan antiteror Prancis, Jean-Michel Fauvergue (56) mengatakan, penyerbuan tersebut adalah yang paling menegangkan sepanjang karirnya. Tak kurang dari 5.000 peluru dimuntahkan.
Ia mengaku melihat kepala perempuan yang menjatuhkan diri dari jendela dan mendarat di sisi jalan setelah ledakan terjadi di dalam apartemen. (Ein/Rie)