Liputan6.com, Bamako - Sekelompok pria bersenjata menyerang hotel terkenal, Radisson, di pusat Bamako, ibu kota Mali. Menurut pihak keamanan dan saksi mata, pelaku melempar granat dan menembaki hotel itu.
Salah seorang staf Radisson Blue Hotel, Tamba Diarra, mengatakan lewat telepon bahwa penyerang menggunakan granat. Dia belum mengkonfirmasi kerusakan atau korban. Ia juga tidak bisa memastikan apakah ada sandera yang berhasil diselamatkan dari tempatnya bekerja.
Seperti dikutip dari CNN, sekitar 170 orang disandera oleh kelompok bersenjata.
Kedutaan Besar AS di Malai mengumumkan agar seluruh warga AS segera mencari tempat aman dan melaporkan dirinya ke kedutaan. Pihak kedubes mengkhawatirkan serangan itu dilakukan oleh kelompok ekstremis, seperti dilansir ABCNews, Jumat (20/11/2015)
"Tampaknya serangan itu usaha untuk mencari sandera. Polisi sudah berada di lokasi dan telah mengepung area," kata sumber keamanan kepada Reuters.
"Kejadian ada di lantai 7. Mereka menembak sepanjang koridor," ujarnya lagi.
Laporan penyerangan itu pertama kali diketahui lewat media sosial, kata Let. Kol Diarran Kone, seorang penasehat militer di Kementerian Pertahanan Mali. Ia sendiri belum tahu jelas apa yang tengah terjadi di penginapan mewah itu.
Setelah kudeta militer melanda negara itu pada 2012, sekelompok teroris mengambil alih utara Mali. Militer Prancis sempat mengintervensi pada awal 2013. Kekuatan kelompok itu segera menyebar hampir ke seluruh negara bekas jajahan Prancis itu.
Pada Maret 2015, pria bersenjata menyerbu restoran di Bamako dan menewaskan 5 orang.
Kejadian serupa juga terjadi pada Agustus. Kelompok ekstrimis menewaskan 13 orang, termasuk 5 pekerja PBB saat melakukan serangan ke hotel di tengah Kota Sevare.
Sekitar seribu tentara Prancis masih bermarkas di Mali. (Rie)**Advertisement