Maruarar: Bangun Rumah Ibadah, Parlemen Jadi Teladan Pluralisme

Ara mengusulkan agar Bhineka Tunggal Ika tidak sekadar retorika tapi juga diwujudkan dalam simbolisasi nyata.

oleh Eko Dimas Ryandi diperbarui 21 Nov 2015, 16:49 WIB
Maruarar Sirait menyampaikan sambutan saat peluncuran Majalah Taruna Merah Putih di Jakarta, Kamis (9/7/2015). Majalah organisasi kepemudaan sayap PDIP diharapkan menjadi media bertukar informasi . (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Maruarar Sirait mengusulkan pembangunan beberapa rumah ibadah agama di Kompleks Parlemen seperti pura, wihara, dan gereja.

Ara, sapaan akrab Maruarar, mengusulkan langsung ide tersebut melalui interupsi sidang Paripurna DPR yang dipimpin Setya Novanto di gedung Parlemen, Jakarta, Senin 16 November 2015.

Ia menyatakan, saat ini, pembangunan dan kehadiran rumah ibadah masih menjadi persoalan di beberapa wilayah RI. Misalnya di Manokwari maupun Aceh Singkil.

"Padahal kita semua tahu bahwa negara ini adalah negara Pancasila, di mana semua pemeluk agama memiliki hak yang sama," ujar Ara kepada Liputan6.com, Sabtu (21/11/2015).

Ara juga menghendaki parlemen bisa menjadi teladan bagi masyarakat untuk isu pluralisme. Karena itu, DPR perlu membangun sejumlah rumah ibadah selain masjid yang sudah ada saat ini di Kompleks Parlemen.

"Harus ada simbol yang semakin mengkristalkan pluralitas dan kebhinnekaan Indonesia. Apalagi MPR sudah sering turun untuk mensosialiasikan empat pilar berbangsa dan bernegara," papar Ara.

Ara menegaskan Bhinneka Tunggal Ika jangan sekadar retorika tapi diwujudkan dalam simbolisasi nyata. Yakni dengan dibangunnya rumah ibadah lain di Kompleks Parlemen.

"Ini akan menjadi cermin pluralitas dan kebhinnekaan yang kita jaga sama-sama, kita rawat sama-sama," ungkap Maruarar.

Ara mengungkapkan, pembangunan rumah ibadah di Kompleks Parlemen ini juga mengambil inspirasi dari founding father, Sukarno. "Bung Karno membangun Masjid Istiqlal dan Katedral berdekatan. Ini inspirasi kita," tegas Maruarar.

Terkait ini semua, ia mengaku heran jika ada anggota dewan yang menolak usulan pembangunan  beberapa rumah ibadah di Kompleks Parlemen.

"Kalau ada yang menolak, apa alasannya? Toh juga di DPR tak perlu rumah ibadah yang megah dan mewah, cukup ada dan bisa menjadi simbol bahwa parlemen menjunjung tinggi kebhinnekaan dan pluralisme," ujar putra politisi senior Sabam Sirait itu. (Dms/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya