Produksi Brand Terkenal, Perusahaan Ini Bawa Indonesia Mendunia

Siapa sangka jika produk pakaian merek terkenal, seperti Nike, Adidas, Salomon, Geox sampai Prada mampu diproduksi perusahaan Indonesia?

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Nov 2015, 06:40 WIB
Aktivitas pekerja di PT Pan Brother,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan produksi dan aliran investasi di dalam dan luar negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Siapa sangka jika produk pakaian jadi dengan merek-merek terkenal, seperti Nike, Adidas, Salomon, Geox sampai Prada mampu diproduksi perusahaan garmen lokal? Membawa nama "Made in Indonesia", produk tersebut melanglang buana ke seluruh dunia dan bersaing dengan barang serupa buatan negara lain.

PT Pan Brothers Tbk merupakan satu dari banyak perusahaan garmen di Tanah Air yang sukses menancapkan produk dengan merek bergengsi itu di pasar internasional. Bersama 10 anak perusahaannya, emiten berkode PBRX ini telah menciptakan jaringan kuat di bidang garmen.

Wakil Presiden Direktur Pan Brothers, Anne Patricia Sutanto dalam kesempatannya berbincang dengan Liputan6.com, menyatakan, perseroan dan anak usahanya memproduksi dan memasok pakaian olahraga, outdoor, jaket, pakaian wanita untuk puluhan merek ternama.

Antara lain, brand Jepang (via Mitsubishi Corporation), Adidas, Nike, The North Face, Salomon, Under Armour, Arcyteryx, Calvin Klein, Hugo Boss, H & M, Solaris, S. Oliver, J Crew, Ferrari, Massimo Dutti, Jones of New York, Guess Inc, Prada, Spyder, dan masih banyak merek lainnya.

"Tahun ini kami memacu aksi korporasi in organik dengan mengakuisisi pabrik garmen di Bandung dan brand lokal Salt n Peppers (pakaian pria). Kami juga mulai ujicoba dengan IKEA untuk cover sofa," ujar Anne saat ditemui di kantor pusat Pan Brothers, Tangerang pada 20 November 2015

Anne mengatakan, perseroan membidik 99 persen pasar ekspor. Negara tujuan yang menjadi targetnya tergantung permintaan pemegang merek untuk melempar produk tersebut. Disebutkan Anne, target ekspor PBRX tersebar ke seluruh dunia, seperti negara Eropa Barat dan Timur, Asia, Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan negara lainnya.

"Brand yang sekarang kami garap adalah brand yang berasal dari Eropa, Amerika dan Jepang. Tapi destinasi penjualan kami ke seluruh dunia. Sebesar 40 persen ke Asia Pasifik, 26 persen ke Eropa, dan sisanya ke United Kingdom dan Amerika," jelasnya.

Menurut Anne, seluruh produk bermerek itu dijual ke pasar dunia dengan membawa label "Made in Indonesia", mengingat produk tersebut dibuat di Negara ini. Begitupula dengan negara lain yang memproduksi garmen dengan merek sejenis, mereka ekspor menggunakan Made in negaranya masing-masing.

"Label tetap Made in Indonesia, cuma brand-nya sendiri sesuai dengan permintaan pengorder alias buyer," ucap Anne.

Mau tahu harga pakaian bermerek dengan label Made in Indonesia? Contohnya produk jaket Geox dibanderol seharga US$ 300 Euro atau sekitar Rp 4,35 juta (Rp 14.500 per Euro). Paling mahal merek Prada seharga 600-700 Euro per potong atau sekitar Rp 8,7 juta-Rp 10,15 juta.

Ia mengakui kemampuan perusahaan garmen dan tekstil di Indonesia dalam memproduksi pakaian berkualitas tinggi. Perusahaan lokal, sambungnya, mampu berkompetisi dengan perusahaan garmen dari negara lain, semisal China, Vietnam dan Kamboja.

Lanjutnya, Indonesia pernah dianggap sebelah mata oleh negara lain saat badai krisis moneter 1998. Ketika gonjang ganjing perekonomian ini, Anne mengingat terjadi pergantian pemerintahan yang lebih demokrasi. Sayang, penggulingan dari pemerintahan Soeharto kepada BJ Habibie kurang berkenan di hati negara lain.

"Jadi luar negeri menganggap Indonesia tidak aman. Semua orang pada sentimen dengan Indonesia dan lebih mengarah ke China. Tapi sejak 2004 paska kuota dibuka, Indonesia mulai menunjukkan bahwa kita bisa bersaing dengan negara lain," terang Anne.    (Fik/Ndw)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya