Liputan6.com, Shandong - Pada hari ini, 24 November 1999, kapal feri pengangkut penumpang tenggelam di Laut Kuning, China, tak lama mereka angkat sauh dari pelabuhan. Bahtera tersebut terbakar di tengah-tengah badai. Ratusan penumpang, termasuk sang kapten, tewas.
Kapal feri Dashun memiliki berat 9.000 ton bertugas mengangkut penumpang dari kota pantai Yantai, di Provinsi Shandong ke kota Dalian, dekat Korea. Saat itu cuaca buruk, bersalju dan berangin. Kapal itu mengangkut sekitar 300 penumpang dan 40 kru.
Namun, tak lama setelah meninggalkan Yantai, kebakaran terjadi di tengah-tengah kapal itu. Kendati hingga kini penyebab musibah tak pernah terungkap, namun kecurigaan jatuh pada meledaknya tangki gas yang turut mereka angkut.
Kebakaran membuat seluruh penumpang bergegas mencari sekoci. Sinyal SOS dikirim pada pukul 16.30, meski para tim petugas telah mengetahui masalah itu -- karena salah seorang penumpang menelepon polisi untuk minta tolong. Namun, karena badai membuat evakuasi terhambat hingga keesokan harinya.
Dilaporkan salah satu kru bernama Ma Suchi harus berenang ke daratan sekitar 6 mil dari lokasi feri itu.
Ia berhasil selamat. Tapi yang lain tidak. Mereka tewas karena memaksa berenang di lautan yang dingin dan nyaris beku itu.
Bahkan banyak penumpang tewas karena kedinginan saat mereka nyaris mencapai sekoci, dan tak sedikit mereka meninggal kedinginan karena menunggu bantuan yang tak kunjung tiba.
Saat tim penyelamat tiba, yang bisa mereka lakukan adalah mengangkat jasad-jasad yang telah beku dan membiru dari laut maupun di sekoci. Hanya 36 orang selamat. Api dari Dashun tetap berkobar sampai malam 25 November. Kapal akhirnya hancur dan hangus lalu tenggelam, seperti dilansir dari The History.com.
Insiden itu adalah tragedi kedua di bulan dan tahun yang sama bagi Yantai Car Ferry Company. Sebelumnya, feri Shenlu, tenggelam di pantai Dalian beberapa minggu sebelumnya. Empat pejabat, termasuk general manajer harus berurusan dengan pengadilan China.
Tenggelamnya Dashun adalah kecelakaan maritim terparah di China. Pada 1994, 133 nyawa malayang saat tabrakan feri di Sungai Yangtze.
Di hari yang sama pada 1971, seorang pembajak terjun dengan parasutnya dari penerbangan Northwest Orient saat badai di atas Washington, Amerika Serikat.
Saat pesawat itu lepas landas dari bandara di Washington, DB Cooper mengancam kru bahwa dia punya bom yang bakal meledak kalau mereka tak penuhi tuntutannya. Cooper meminta AS$ 200 ribu dan 4 parasut.
Advertisement
Pesawat itu lalu mendarat di Seatle-Tacoma International Airport, di mana pihak keamanan memberikan segala tuntutan Cooper. Seluruh penumpang dievakuasi, sementara kru membawa Cooper terbang rendah ke Meksiko.
Pada 20.13 waktu setempat, burung besi itu melintasi Sungai Lewis, Washington, Cooper terjun dari pesawat itu hanya dengan menggunakan baju tipis, jas hujan dan kacamata. Padahal badai sedang berlangsung. Pihak keamanan mengatakan Cooper tewas, namun keesokan harinya, setelah pencarian besar-besaran, mereka tak menemukan jasadnya.
Pada 1980, anak lelaki 8 tahun, menemukan uang sebesar AS$ 5.800 berceceran di sepanjang bibir Sungai Columbia, 5 mil dari Vancouver, Washington. Nasib Cooper? Tetap menjadi misteri. (Rie/Ein)