Liputan6.com, Jakarta - Siapa sangka pemalsuan uang rupiah di Indonesia hanya menggunakan perlengkapan atau mesin yang sangat sederhana. Dengan hanya berbekal mesin fotokopi dan perangkat sablon, jutaan bahkan miliaran uang rupiah palsu siap beredar ke seluruh wilayah Indonesia.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI), Suhaedi mengatakan, para pelaku pemalsuan uang di Indonesia masih menggunakan teknologi sederhana. Itulah kenapa, masyarakat yang jeli dan paham akan mampu mengenai keaslian rupiah hanya dengan 3D (Dilihat, Diraba dan Diterawang).
"Karena teknologi yang digunakan di Indonesia untuk teknik pemalsuan uang, 80 persen pakai mesin printer atau scanner atau fotokopi, 10 persen secara manual yakni menggunakan sablon, 10 persen pakai mesin off set," tutur Suhaedi di kantornya, Jakarta, Senin (23/11/2015).
Baca Juga
Advertisement
Padahal, sambungnya, pembuatan atau pencetakan uang rupiah asli membutuhkan proses panjang dan menjunjung tinggi keamanan fitur pada fisik uang. Pemasok mesin pun, diakui Suhaedi tidak mampu dipenuhi semua negara.
Suhaedi menjelaskan, unsur pengaman uang kerja rupiah terdiri dari tiga level. Pertama, di level masyarakat tanpa menggunakan alat bantu (overt). Level kedua, cash handler menggunakan alat bantu sederhana (semi covert) dan level ketiga, Bank Sentral yang memakai mesin sortasi (covert).
Peningkatan teknologi unsur pengaman (international best practice), antara lain, pertama, color shifting yakni teknologi yang dapat menghasilkan efek perubahan warna dan dapat diperoleh dari tinta ataupun benang pengaman.
Kedua, lentikular adalah teknologi yang digunakan untuk menghasilkan gambar yang dicetak dengan ilusi kedalaman, atau kemampuan mengubah atau memindahkan sebagai gambar dilihat dari sudut yang berbeda.
Ketiga, unsur pengaman holography, yaitu teknologi yang memungkinkan gambar tiga dimensi dengan melibatkan penggunaan laser, difraksi dan pencahayaan. (Fik/Gdn)