Liputan6.com, Moskow Apa yang harus dilakukan saat menghadapi pelaut mabuk? Jangan biarkan ia mengemudi kapal kargo seberat 7.000 ton.
Itulah yang terjadi pada pelaut Rusia. Ia menenggak setengah liter rum sebelum bekerja. Hal itu diungkapkan oleh penyidik saat menginvestigasi kapal tersebut yang 'mendarat' di perairan pantai Skotlandia, musim dingin beberapa waktu lalu.
Kapal kargo milik Negeri Beruang Merah, Lysblink Seaways saat itu dalam perjalanan dari Belfast, Utara Irlandia, ke Skogn, Norwegia ketika kapal sepanjang 129 meter itu menabrak garis pantai bebatuan dekat kota Kilchoan, di Semenanjung Ardnamirchan pada pukul 02.30. Insiden tersebut terjadi pada 18 Februari 2015 lalu.
Ketika kapal itu akan ditarik, ternyata prosesnya tidak semudah itu. Beberapa bagian rusak parah sehingga harus dicopot di beberapa bagian untuk memudahkan evakuasi.
"Hasil penyelidikan menemukan bahwa kelasi utama atau chief officer yang bertugas pada malam itu lalai, akibat dari alkohol yang ia konsumsi," tulis pernyataan UK's Marine Accident Investigation Branch, seperti dilansir dari CNN, Selasa (24/11/2015).
"Saat sedang tak bertugas, ia berada di kamar menerima telepon pribadi yang membuat dirinya gelisah. Ia lalu memutuskan untuk meminum rum 0,5 liter," tambah laporan itu.
Setelah itu, ia bertugas saat tengah malam sebagai satu-satunya petugas yang bertanggung jawab atas kapal.
Baca Juga
Advertisement
Namun, jumlah alkohol yang ia konsumsi membuatnya gagal membuat keputusan yang tepat saat mengemudi. Navigasi alarm yang seharusnya dinyalakan sebelum ia bertugas, lupa ia lakukan.
Tes napas beberapa jam setelah kecelakaan itu mendapatkan kadar alkohol sebanyak 2.71 mg/ml. Menurut otoritas keamanan Inggris, angka itu 8 kali lipat lebih tinggi dari angka yang diperbolehkan untuk pelaut profesional.
Dipecat
Pemilik kapal, DFDS, mengatakan kebijakannya adalah zero tolerance terhadap alkohol. Mereka seharusnya rutin mengadakan Random Breath Test (RBT) untuk alkohol dan obat-obatan.
Namun, investigasi menemukan hal lain. Lysblink Seaways ternyata mempunyai 'toko berikat' atau toko bebas bea dalam kapal kargo itu. Isinya adalah berkerat-kerat minuman keras, termasuk spirit, bir dan anggur.
"Catatan menunjukkan toko itu rupanya dijalankan secara 'teratur'. Ada botol-botol bir, anggur dan spirit kosong serta berserakan karton-karton sesaat setelah kecelakaan itu terjadi," tulis laporan itu.
Pihak investigasi juga tidak menemukan RBT dilakukan kepada kru.
Namun, ternyata kebanyakan rum bukan satu-satunya penyebab kecelakaan yang membuat laut itu tercemar dengan 25 ton bahan bakar kapal tersebut. Ternyata, para penyidik mendapati chief officer itu tidak menguasai betul navigasi serta tidak bisa mengontrol kecepatan.
Laporan itu tidak memberikan rekomendasi apa pun, karena pemilik kapal telah mengambil keputusan termasuk menghapus toko bebas bea dan menjalankan peraturan tes alkohol lebih ketat.
"Ini adalah kasus pertama kali yang kami alami, dan tidak akan ada lagi alasan apa pun untuk diulangi lagi," kata Gert Jakobsen juru bicara DFDS kepada CNN.
"Semua orang di perusahaan ini tahu konsekuensinya kalau mengonsumsi alkohol di kapal, atau ditemukan kadar alkohol dalam darah saat bertugas, yaitu... dipecat," Jakobsen menambahkan.
"Kami lega tidak ada orang lain terluka dalam insiden ini," ujar Jakobsen menutup pembicaraan. (Rie/Ein)*