Liputan6.com, Purwokerto Lereng selatan Gunung Slamet yang masih terjaga keindahan hutannya menyuguhkan wisata alam yang sayang untuk dilewatkan. Wisata menyusuri sungai di bawah tebing-tebing tinggi ini bisa memicu adrenalin.
“Hati-hati dengan lintah yang kapan saja bisa menghisap darah kalian,” ujar Wiwit Yuni, pemandu Canyoning dari Baturaden Adventure Forest, Minggu (22/11).
Wiwit merupakan pemandu profesional yang menemani perjalanan ini sejak dari awal. Mendung hampir saja mematahkan semangat untuk meneruskan perjalanan. Bukan apa-apa, Canyoning merupakan olahraga susur sungai dan air terjun. Jika hujan turun di daerah hulu, bisa saja perjalanan yang susah ditempuh jadi sia-sia, terganggu banjir yang kapan saja bisa datang. Dari base camp BAF menuju tempat pemberangkatan, yakni hulu Sungai Pelus, wisatawan harus menumpang kendaraan bak terbuka. Lokasinya tak jauh, sekitar 3 kilometer.
Dari aspal terakhir yang merupakan jalur tembus Baturraden-Purbalingga, menembus hutan, perjalanan harus dilakukan dengan jalan kaki. Sekitar 15 menit perjalanan wisatawan akan tiba di titik pemberangkatan, yakni hulu Sungai Pelus. Di titik pemberangkatan, pemandangan hutan dengan vegetasi yang masih sangat rapat. Seperti kanopi, nyaris tak ada sinar matahari yang menyentuh bumi.
Lintah pun mulai bergentayangan. Binatang ini yang paling banyak ditemui sepanjang perjalanan. Sungai Pelus mempunyai tekstur batuan andesit yang terbentuk dari aktivitas vulkanik Gunung Slamet. Batuan inilah yang menjadi dasar sungai dan tebing di sekitar sungai. Air di sekitar hulu tidak terlalu deras. Bahkan ada sebagian kecil yang tak ada aliran airnya. Lumut yang menempel di bebatuan cukup menyulitkan perjalanan karena menyebabkan licin. Itulah mengapa untuk mengikuti perjalanan ini tidak disarankan untuk menggunakan sandal gunung. Lebih baik menggunakan sepatu kets dan bercelana panjang untuk menghindari lintah.
Panjang lintasan sungai sekitar delapan kilometer. Dalam perjalanan ini, sedikitnya ada tujuh air terjun yang harus dilewati. Rata-rata tingginya 20 meter, nmun ada sebuah air terjun dengan ketinggian 60 meter. Setelah beberapa air terjun dilewati, Anda akan tiba di titik terakhir penelusuran, yakni Curug Lawang. Ketinggiannya mencapai 30 meter. Curug ini seperti lawang atau pintu. Dua ujung tebing menyatu dan membuat ornamen seperti pintu. Dengan turunnya menggunakan upseiling, atau dengan meniti tebing menggunakan tali. “Dari semua air terjun, ini yang paling ekstrim dan memancing adrenalin,” ujar Chandra Iswinarno, salah satu peserta Canyoning Sungai Pelus.
Koordinator Canyoning Indonesia Wilayah Banyumas, Isro Hadi mengatakan, Banyumas memiliki potensi alam berupa sungai, jurang, dan air terjun yang belum tergali secara optimal. Potensi tersebut dapat dioptimalkan melalui aktifitas petualangan alam bebas yang dapat digarap dengan memadukan olahraga alam bebas dan hiburan.
Ia menambahkan, canyoneering merupakan aktifitas berbasis penelusuran sungai, jurang, air terjun yang memadukan berbagai teknik disiplin alam bebas seperti abseiling/ rapelling (turun tebing), scrambling (melipir tebing), berenang, lompat tebing, maupun hiking. Aktifitas yang belakangan umum disebut dengan canyoning tersebut awalnya merupakan aktifitas yang lebih ditujukan untuk penelitian seperti hidrologi, klimatologi, ekologi, dan berbagai penelitian lain. Sedangkan beberapa tahun terakhir aktifitas ini telah berkembang menjadi olahraga dan aktifitas yag lebih bersifat hiburan.
(Aris Andrianto)
Baca Juga
Advertisement