Liputan6.com, Jakarta - Mesin Diesel atau mesin dengan bahan bakar solar selama ini identik dengan kendaraan-kendaraan besar. Rancangan kompresi sangat tinggi membuat mesin Diesel menghasilkan torsi yang lebih besar ketimbang mesin bensin dan lebih efisien.
Namun demikian, banyak sekali mitos-mitos negatif yang menyelimuti kinerja mesin yang diciptakan oleh Rudolf Diesel ini. Kondisi ini membuat mobil bermesin Diesel kurang dilirik oleh konsumen di Indonesia.
Seperti apa mitos-mitos yang berkembang seputar mesin diesel? Berikut ini uraian singkatnya yang berhasil dihimpun Liputan6.com:
1. Masuk angin
Tidak hanya manusia, mobil juga bisa masuk angin lho. Biasanya, yang sering mengalami masuk angin adalah mobil bermesin Diesel.
Penyebab masuk angin ini adalah kondisi tangki yang dibiarkan nyaris kosong. Akibatnya, pompa bukannya menghisap solar melainkan menghisap udara yang ada di dalam tangki.
Kondisi ini membuat mobil tidak bisa berjalan. Akibatnya, pengguna mobil solar terpaksa mensiasati agar solar segera terhisap pompa dan tersalur ke mesin.
Baca Juga
Advertisement
2. Seperti Cumi-cumi
Jamak dilihat kendaraan-kendaraan bemesin Diesel yang masih belum memenuhi standar emisi meyemburkan asap hitam. Jika di jalan, mobil menjadi seperti cumi-cumi. Lihat saja kebanyakan angkutan umum bermesin Diesel.
Kadar sulfur yang tinggi pada solar juga mempengaruhi kualitas sehingga membuat emisi hasil pembakaran menjadi hitam. Selain itu, kondisi seperti ini juga disebabkan filter udara yang sudah kotor. Mesin yang menghisap udara kotor membuat emisi yang dihasilkan ikut kotor.
Lelet - Identik Angkutan Umum
3. Lelet
Mobil-mobil Diesel seringkali diidentikkan dengan mobil yang jalannya lambat. Terlebih, jika filter solar kotor membuat tarikannya juga tidak maksimal.
Namun, dengan perkembangan teknologi terkini yang dilakukan oleh pabrikan otomotif membuat mesin Diesel kini bertaji. Disokong dengan intercooler dan turbocharger membuat output mesin Diesel terdongkrak serta akselerasi lebih baik.
4. Identik dengan mobil angkutan
Ada stereotype yang muncul di benak masyarakat Indonesia jika mobil bermesin Diesel adalah bus dan truk. Tidak salah memang, karena mayoritas pengguna mesin Diesel adalah kendaraan besar angkutan barang dan penumpang.
Stereotype ini lantas berkembang di masyarakat dan membuat citra mobil Diesel adalah mobil kuli. Mereka pun enggan membeli mobil Diesel karena jika bepergian ke luar kota maka akan antri mengisi BBM bersama dengan bus dan truk.
Seiring perkembangan teknologi, pabrikan otomotif mulai memperbanyak varian mesin Diesel pada mobil penumpang. Agar minim emisi, kualitas bahan bakar untuk mesin Diesel juga meningkat. Sedan-sedan premium Eropa juga mulai banyak yang memakai mesin peminum solar.
(ysp/sts)
Advertisement