Liputan6.com, Jakarta - Molornya pembangunan turap (dinding penahan tanah) di daerah aliran sungai Ciliwung, tepatnya di Kampung Pulo, dituding menjadi biang banjir yang melanda kawasan tersebut sejak Rabu (25/11/2015). Pihak kontraktor yang bertanggungjawab membangun turap, menyebut lambatnya proses penertiban berdampak pada mundurnya proses normalisasi.
Pengawas normalisasi Sungai Ciliwung, Hadi Suratna, sesumbar menyebut Kampung Pulo bisa bebas dari banjir asalkan dinding yang berada di sisi Jalan Jatinegara Barat sudah selesai dibangun.
Baca Juga
Advertisement
"Sebenarnya, kalau dinding ini jadi duluan banjir tidak separah ini," kata Hadi di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Rabu (25/11/2015).
Hadi menjelaskan, tertundanya pembangunan dinding di sisi Jalan Jatinegara Barat lebih disebabkan proses penertiban yang terlambat. Ada satu musala yang terhambat pembayaran ganti ruginya.
"Dulu persis di posisi truk paling depan itu ada musala. Nah, ganti rugi itu yang agak lama, jadi kita kerjakan yang lain dulu," lanjut dia.
Bila dinding ini sudah jadi lebih dulu, air luapan sungai tidak akan tumpah pemukiman warga. Jalan bisa langsung dicor tidak beralas tanah seperti sekarang.
Kalaupun air masuk melalui dinding yang belum dipasang di sisi Kampung Melayu, pompa bisa segera bekerja dan menyedot semua air yang menggenangi rumah warga.
"Air dari Kampung Melayu memang masih bisa masuk, tapi pompa bisa langsung kerja sedot air," beber Hadi. (Dry/Mut)