Pertama di Dunia, Pita Suara Ini Dibuat di Laboratorium

Untuk pertama kalinya di dunia, sebuah laboratorium berhasil menciptakan pita suara yang berfungsi penuh.

oleh Liputan6 diperbarui 26 Nov 2015, 15:29 WIB
Ilustrasi letak pita suara dalam leher manusia. (Sumber Gizmag)

Liputan6.com, Madison - Untuk pertama kalinya di dunia, para ilmuwan telah berhasil menumbuhkan pita suara di dalam laboratorium. Serangkaian uji coba menunjukkan bahwa pita suara itu berfungsi dan bisa menghasilkan suara.

Penelitian ini memang masih pada tahap awal sebelum perjalanan panjang menuju penggunaan klinis, namun demikian hasil yang memuaskan menjadi dasar yang kuat untuk penelitian lanjutan.

Masalah pita suara memang cukup lazim. Di AS saja, ada 20 juta orang yang menderita gangguan suara dan penelaahannya cukup rumit.

Pita suara merupakan jaringan tubuh yang sangat khusus. Cukup luwes untuk bergetar, tapi tidak mudah rusak setelah dipakai selama ribuan jam Pita ini saling bertempelan ratusan kali setiap detik. Organ pengganti buatan haruslah memiliki sifat yang sama dan ini cukup sulit dilakukan di lab.

Untuk penelitian baru di University of Wisconsin tersebut, para peneliti menggunakan pita suara yang didapatkan dari 4 orang pasien yang telah diambil laringnya dan sejumlah contoh dari jasad medis. Sel-sel jaringannya ditumbuhakan dari mukosa sebelum akhirnya dipindahkan ke penyangga kolagen 3 dimensi (3D).

Untuk pertama kalinya di dunia, sebuah laboratorium berhasil menciptakan pita suara yang berfungsi penuh.

Setelah dua minggu ditumbuhkan di penyangga, tim itu menguji mutu jaringan hasilnya. Ternyata lapisan bawah yang kenyal telah terbentuk di bawah pembungkus di atasnya yang terbuat dari sel-sel epitel berlapis.

Pengujian berikutnya menyingkapkan bahwa proteinyang sama dengan yang ada pada pita suara alamiah ada di sana dan ada selaput (membran) yang terlihat sedang membentuk sehingga membantu menciptakan pelindung terhadap penyebab iritasi dan patogen di saluran udara. Secara umum, hasilnya serupa dengan apa yang seharusnya diharapkan dari jaringan tumbuh secara alamiah.

Langkah berikutnya adalah melihat seandainya jaringan hasil rekayasa ini dapat mengeluarkan suara. Untuk melakukan hal ini, tim ini melakukan transplantasi ke laring yang berasal dari jasad anjing dan menghembuskan udara melalui pipa udara yang terpasang.

Sekali lagi, hasilnya menjanjikan. Suaranya muncul dan pencitraan berkecepatan tinggi menunjukkan bahwa jaringan hasil rekayasa ini bergetar dengan cara yang serupa pada jaringan alamiah.

Kemudian para ilmuwan tersebut menjahitkan jaringan tersebut kepada tikus percobaan yang direkayasa supaya memiliki sistem kekebalan manusia. Sekali lagi, hasilnya sesuai harapan. Jaringan tersebut tumbuh secara normal dan tidak mengalami penolakan.

Walaupun sukses dalam beberapa hal, ternyata jaringan pita suara hasil rekayasa ini belum sebaik yang aslinya. Yang paling mencolok adalah struktur seratnya yang belum serumit struktur pada jaringan alamiah orang dewasa. Pada manusia, strutktur serat ini bertumbuh selama jangka waktu yang lebih panjang, setidaknya 13 tahun sesudah kelahiran.

Menurut para peneliti, masih harus dilakukan sejumlah percobaan selama beberapa tahun ke depan sebelum mulai memikirkan penerapan klinis, terutama untuk memastikan keselatan dan fungsi jangka panjang jaringan tersebut.

Walaupun begitu, dengan cukup banyaknya jaringan pita suara bebas kanker, penelitian ini memberikan dasar yang sangat kuat untuk penelitian lanjutan. Hasil penelitian yang disebutkan di sini telah diterbitkan dalam jurnal Science Translational Medicine. (Alx)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya