BMKG Gelar Riset Iklim dan Cuaca Bareng 10 Negara

Tercatat 11 negara ikut serta dalam riset cuaca ini.

oleh Audrey Santoso diperbarui 26 Nov 2015, 06:51 WIB
(BMKG)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ikut serta dalam riset bersama 10 negara untuk mempelajari interaksi laut dan atmosfer di benua maritim. Salah satunya dengan mengakuratkan sistem prakiraan cuaca.

"Saat ini tercatat 11 negara, termasuk Australia, China, Jepang, Jerman, Filipina, Singapura, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Taiwan, dan Indonesia akan berpartisipasi melibatkan puluhan lembaga penelitian dan universitas," ujar Kepala BMKG Andi Eka Sakya dalam acara Years of Maritime Continent (YMC) Implementation Plan Workshop di Jakarta pada Rabu 25 November 2015.

Andi berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam hal prakiraan cuaca dan iklim di negara-negara terkait, khususnya Indonesia. Sistem prakiraan cuaca yang semakin akurat di 11 negara ini, kata Andi, akan mempengaruhi prakiraan cuaca di dunia.

"Diharapkan melalui kegiatan ini, dapat meningkatkan pemahaman dan prakiraan terhadap cuaca dan iklim di benua maritim, dan sekaligus untuk mengetahui dampak perubahan secara global," jelas dia.

Selama ini, menurut Andi, kompleksivitas variasi cuaca yang terjadi di Indonesia membuat model iklim global (Global Climate Model) dan prakiraan cuaca (Numeric Weather Prediction) kurang maksimal untuk menggambarkan secara jelas kondisi cuaca dan iklim di nusantara.

"Oleh karena itu diperlukan studi lebih lanjut untuk menjawab tantangan tersebut. Demi menjawab tantangan tersebut maka BMKG mengoordinasikan peneliti nasional," tutur Andi.

Dari AS-Jepang

Komitmen BMKG untuk mendorong terwujudnya 'Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia' dari segi meteorologi, klimatologi dan geofisika dibuktikan dengan kesiapannya menjadi tuan rumah dalam lokakarya bertaraf internasional ini. Adapun peserta yang sudah mendaftar dalam workshop ini berjumlah 27 orang dari Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, Ukraina, Singapura, Filipina, Australia, Jerman, dan Inggris.

"Indonesia turut andil dalam kegiatan YMC dikarenakan mengingat Benua Maritim Indonesia (BMI) merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak pada posisi strategis. Diapit dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasifik), serta dilalui garis khatulistiwa," terang Andi.

"Posisi tersebut menjadikan BMI sebagai generator cuaca untuk wilayah belahan bumi utara dan selatan," sambung dia.

Sementara itu, Andi menguraikan lembaga penelitian dalam negeri yang terlibat dalam riset YMC ini adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (Lapan) serta universitas seperti ITB, IPB, Universitas Sriwijaya dan Universitas Soedirman.

"Kami juga berkoordinasi dengan Kemeristek Dikti, Kemenko Kemaritiman," pungkas Andi. (Ndy/Ron)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya