Liputan6.com, Jakarta Tercatat dalam sejarah, pada 1883 Gunung Krakatau meletus dan mengakibatkan gempa serta tsunami yang memakan korban hingga 36.000 jiwa. Sekitar 12.000 masyarakat Lampung kala itu menjadi korban, selebihnya korban juga berjatuhan di Banten. Dahsyatnya lagi, letusan Gunung Krakatau mampu mengubah iklim dunia, dan semburan vulkaniknya bahkan sampai menjangkau negara-negara di benua Amerika dan Afrika.
Untuk mengenang kedahsyatan bencana alam tersebut, 45 km dari lokasi Gunung Krakatau berada, tepatnya di Jalan WR Supratman, Kota Teluk Betung, Lampung, dibangunlah suatu tugu yang diberi nama Monumen Krakatau.
Bangunan utama Monumen Krakatau merupakan mercusuar yang menjadi saksi bisu dahsyatnya tsunami yang ditimbulkan akibat letusan Gunung Krakatau. Mercusuar yang memiliki tinggi sekitar 2 meter dengan diameter 1,5 meter, dan berat mencapai setengah ton ini, ikut terlempar dari lautan karena gelombang tsunami setinggi 40 meter.
Sami Muchtarom, salah seorang pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia chapter Lampung saat ditemui Liputan6.com, Rabu (11/10/2015) menceritakan, “Akibat tsunami yang paling parah memang di Banten, tapi di sini juga ada satu kampung yang benar-benar hancur berantakan. Kampung itu lalu diberi nama Kampung Pecoh, atau kampung pecah dalam bahasa Indonesia, untuk mengenang dahsyatnya gelombang tsunami saat itu.”
Baca Juga
Advertisement
Monumen Krakatau juga dilengkapi dengan berbagai relief yang menggambarkan kehidupan masyarakat Lampung sebelum dan pasca-letusan Gunung Krakatau. Dikelilingi oleh rerimbunan pohon dan berhimpitan langsung dengan Taman Dwipangga, Monumen Krakatau kini tidak hanya menjadi tugu peringatan, tetapi juga menjadi bagian dari keragaman alam dan budaya yang merupakan salah satu pesona Indonesia.
“Banyak wisatawan datang kesini membawa anak-anak, sekadar duduk-duduk sambil melihat-lihat Monumen Krakatau. Di sini juga menjadi tempat pesta rakyat kalau ada peringatan seperti 17 Agustus, atau saat digelarnya Festival Krakatau,” ungkap Sami menambahkan.
Simak perjalanan tim Liputan6.com bersama Indonesia.travel menjelajahi Pesona Indonesia.
(Ibo)*