Liputan6.com, London - Keluarga Ahmed Mohammed, remaja 14 tahun yang ditangkap setelah membuat jam 'bom' dan membawa ke sekolah, menuntut kompensasi sebesar US$15 juta dan permintaan maaf tertulis dari walikota dan kepala polisi Irving, Texas.
Dalam surat yang dikirimkan pada Selasa 24 November 2015, pengacaranya mengatakan jika keduanya tidak dipenuhi, ia akan melakukan civil action atau gugatan perdata.
"Ahmed tidak pernah mengancam orang, tidak pernah menyakiti orang dan tak punya maksud apapun. Satu-satunya orang yang disakiti pada hari itu adalah Ahmed," tulis surat tuntutan itu kepada otoritas kota.
"Sekolah dan pemerintah kota yang terlibat tahu bahwa mereka seharusnya melindungi hak Ahmed, namun mereka menolak untuk melakukannya," lanjut tuntutan tersebut, seperti dilansir The Independent, Rabu 25 November 2015.
Remaja keturunan Sudan itu banyak menyedot perhatian media internasional, dan orang penting. Termasuk Presiden AS Barack Obama yang mengundangnya ke Gedung Putih.
Tak lama setelah mendapat perhatian internasional, keluarga tersebut pindah ke Qatar setelah menerima beasiswa dari Qatar Foundation for Education, Science and Community Development.
Baca Juga
Advertisement
Ahmed Disandingkan dengan ISIS
Namun, tindakannya kali ini --menutut sekolah dan kota Irving-- dianggap berlebihan. Salah satu kritikan datang dari ilmuan terkenal Inggris, Richard Dawkins melalui Twitter. Ia mengkritik kelakuan Ahmed sama dengan kelompok teroris ISIS.
Kendati demikian, kritikan Dawkins pun menuai kontroversi. Para Netizen beranggapan Dawkins sudah keterlaluan, dan tidak ada hubungan antara ISIS dan Ahmed.
"Menakutkan... Aku pikir ada kemungkinan Ahmed bisa berubah menjadi pembunuh," tulis Dawkins dalam Twitternya, sepeti dilansir dari CNN.
"Satu-satunya yang ingin aku tegaskan adalah, anak-anak tidak kebal terhadap kritikan," lanjutnya lagi.
"Jangan panggil dia 'clock boy' lagi, karena ia tidak punya maksud untuk membuat jam. Anak Hoax. Ia melakukan hoax demi masuk ke Gedung Putih. Dan kini ia minta US$15? Ini gila," kicau Dawkins lagi.
"Dia tidak membuat apa-apa. Anak itu cuma mengambil jam dari tempat aslinya, lalu memasukkannya ke boks," demikian lanjutan postingan Dawkins.
Para Netizen pun bereaksi. Mereka mengatakan bahwa Dawkins mem-bully Ahmed. Terlebih ketika Dawkins membandingkan Ahmed dengan teroris muda ISIS di suatu artikel yang diterbitkan oleh IBTimes yang berjudul 'ISIS: Shocking Video Shows ISIS Child executioner beheading victim' di mana para pengguna Twitter serentak membela Ahmed.
"Apakah saya satu-satunya yang tidak mengerti di sini?" tanya akun @lisajane Elis. "Karena tidak ada hubungan antara keduanya. Postingan Anda mengecewakan," lanjutnya lagi.
Salah satu fans Dawkins yang lain juga kecewa.
"Dulu aku selalu mengidolakanmu. Buku-buku Anda membuka pikiranku saat aku kecil. Sekarang Anda melakukan reaksi konyol seperti ini, menyedihkan," kicau akun @ReneeStephen.
Tak hanya itu, Dawkins pun dikritik kerana telah bersikap anti-Muslim. Namun, segera ia melunak dengan mengatakan bahwa ia hanya membandingnkan usia.
"Jadi anak-anak itu tak lepas dari kritikan. Mungkin lebih baik aku sandingkan Ahmed dengan James Bulger, bocah laki-laki Inggris berusia 2 tahun yang diculik, disiksa dan dibunuh oleh dua anak berusia 10 tahun pada 1993. Itu mungkin perbandingan dan contoh yang lebih baik," kicau ahli evolusi biologi berusia 74 tahun itu.
Hingga kini Ahmed tak bisa dihubungi. Pun mention ke Twitter-nya tak dibalas
(Rie/Tnt)