Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memprediksi harga komoditas masih terus tertekan hingga tahun depan. Penurunan tersebut mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi China yang terus melemah.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, China merupakan negara perekonomian terbesar kedua di dunia. Peranannya, sebagai salah satu pembentuk harga komoditas dunia.
Pada waktu ekonomi sedang melambung hingga 10-12 persen, sejalan dengan hal tersebut harga komoditas seperti karet dan sawit juga melesat.
"Kenapa penting mengetahui ekonomi China, karena second largest economy in the world. Yang mana sumber ekspor, tapi juga menentukan harga komoditas dunia," kata dia di Jakarta, Kamis (26/11/2015).
Baca Juga
Advertisement
Sayangnya, kini perekonomian negara tirai bambu tersebut melambat di 6,8 persen. Alhasil, harga komoditas turut anjlok. Penurunan ini akan terus berlanjut hingga tahun depan, karena pemerintah China sendiri tak menghendaki pertumbuhan ekonomi menjadi dua digit.
"Jangan harap tumbuh 10-12 persen. Karena pemimpin China tak mau tumbuh seperti itu, karena tinggi dianggap bubble, harga tanah naik, polusi dan sebagainya," ujar dia.
Pemerintah China sendiri, Mirza menuturkan menginginkan pertumbuhan ekonomi di level 7,5 persen. Namun, itu masih sulit mengingat China sendiri diprediksi pertumbuhan ekonominya 6,3 persen pada tahun depan.
"Kalau saya diminta prediksi, mungkin semester kedua akan ada suatu stabilisasi di ekonomi China. Semester I 2016 artinya kita melihat harga komoditi tertekan semester I 2016. Membuat ekspor kita turun, paling tidak semester II ada suatu stabilisasi," tandas dia. (Amd/Ahm)