Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mengelukan mengenai pengawasan negosiasi pembelian gas yang masih lemah. Akibatnya, PLN selalu mendapat gas dengan harga mahal yang berdampak kepada harga listrik ke pelanggan.
Kepala Divisi BBM dan Gas PLN, Chairani Rachmatullah mengatakan, PLN adalah konsumen terbesar gas dengan di Tanah Air dengan porsi mencapai 22,1 persen. Namun sayangnya, meskipun sebagai konsumen terbesar PLN tidak pernah mendapatkan harga gas yang murah.
Menurut Chairani, PLN tidak bisa mendapat harga gas murah karena pihak berwenang tidak melakukan pengawalan dengan baik sehingga penjual mengambil keuntungan seenaknya.
Baca Juga
Advertisement
"Sebagai pengguna gas terbesar domestik dengan porsi mencapai 22,1 persen, PLN selalu mendapat gas mahal karena pembelian gas berdasarkan negosiasi. Tidak ada yang mengawal margin, keuntungan itu tidak diatur," kata Chairani, di Jakarta, Kamis (26/11/2015).
Chairani mengungkapkan, karena penjual gas mengambil keuntung terlalu besar, maka Biaya Pokok Produksi (BPP) Pembangkit ListrikTenaga Gas (PLTG) milik PLN juga ikut tinggi. Hal tersebut membuat kegiatan operasional PLN semakin berat. "kami agak berat dalam nejalankan bisnis ini. Menurut kami harusnya tidak seperti itu. Harga gas hulu berapa?" jelas Chairani.
Sebelumnya, mahalnya harga gas tersebut masih bisa dilimpahkan oleh PLN ke ke negara dalam bentuk subsidi listrik. Namun untuk 2016 nanti hal tersebut tidak bisa dilakukan karena pemberian skema subsidi listrik telah diubah. berubahnya skema subsidi listrik tersebut menjadi masalah tersendiri bagi PLN.
"Pada akhirnya dikembalikan ke negara dalam bentuk subsidi listrik, tapi pemberian subsidi 2016 berbeda jadi kami tidak bisa lagi mengalihkan dalam subsidi listrik," ungkapnya.
Chairani menambahkan, saat ini biaya produksi PLTG terus mengalami kenaikan. PLN khawatir BPP PLTG menjadi lebih mahal dibanding Pembangkit ListrikTanaga Diesel (PLTD) yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Biaya pembangkit gas naik terus dan berkompetisi dengan diesel, ada satu waktu pembangkit minyak lebih murah dari gas," tutupnya. (Pew/Gdn)