Mengenal 'Kebijakan Selimut Anti-Peluru' di Sekolah

Anak-anak AS sekarang tidak hanya latihan evakuasi kebakaran, tapi juga latihan 'lockdown' saat penembak hujani peluru di sekolah.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 26 Nov 2015, 15:39 WIB
Kebijakan Selimut Anti-Peluru di Sekolah, Orangtua Prihatin (news.com.au)

Liputan6.com, Washington DC - Maraknya terjadi penembakan di sekolah-sekolah Amerika Serikat (AS) membuat pihak berwenang berpikir keras untuk memikirkan cara melindungi murid-muridnya. Salah satunya dengan penggunaan selimut anti-peluru.

Selimut antipeluru untuk keperluan sekolah di Amerika itu kini sedang 'digodok'. Beberapa sekolah berharap fasilitas itu bisa segera diwujudkan.

Nama selimut itu adalah The Bodyguard Blanket produksi ProTech. Unit tersebut menggunakan material yang sama dengan prajurit AS di medan perang, mirip bahan rompi antipeluru polisi.

Menurut laman perusahaan pembuatnya, selimut itu bisa menahan peluru hingga 90 persen. Ukurannya pun bermacam-macam, bisa untuk anak-anak maupun dewasa.

Cara pemakaian selimut itu pun mudah. Hanya seperti penggunaan sehari-hari saat tidur.

Blogger untuk Hot Moms Club, Kelly Catana mengekspresikan keprihatinannya karena sekolah-sekolah di AS tengah mempertimbangkan untuk memakai alat itu demi melindungi murid-muridnya.

"Ini membuat depresi. Bukan karena perusahaan itu yang telah membuat alat sedemikian canggihnya, tapi kerena zaman berubah. Anak-anak kami dan para pendidik sekarang ini harus berpikir menggunakan selimut antipeluru di sekolah," ujar Catana, seperti dilansir dari News.com.au, Kamis (26/11/2015).

Kini, anak-anak sekolah di AS juga tak hanya mendapatkan pelatihan evakuasi kebakaran, tapi juga latihan lockdown saat penembak beraksi.

"Aku ingat waktu kecil dulu. Latihan gawat darurat hanya 'stop', 'tiarap' dan 'berguling', kalau ada kebakaran," ujar Catana yang juga ibu dari dua anak. 

"Namun, sekarang, anak-anak kami hidup dalam prosedur 'lockdown' kalau saja ada insiden penembakan di sekolah mereka. Betapa dunia yang mengerikan," tambah Catana dengan prihatin.

Insiden paling terakhir penembakan di sekolah terjadi pada beberapa waktu lalu. Saat itu Chris Harper Mercer menembakkan senjatanya di sekolah Roseburg, Oregon. 10 orang tewas termasuk si penembak.

Oktober tahun lalu, Jaylen Fryberg, remaja 15 tahun juga menembak 5 teman sekolahnya sebelum ia bunuh diri di lokasi yang sama. (Rie/Tnt)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya