Liputan6.com, Jakarta - Badan Antariksa Eropa (ESA) siap meluncurkan misi ExoMars untuk mencari jejak metana di Planet Merah. Langkah tersebut merupakan permulaan untuk memecahkan 'misteri' keberadaan sejumlah gas di atmosfer.
Selain itu, misi ini juga akan meluncurkan Trace Gas Orbiter (TGO) ke permukaan Mars untuk mencari tahu teknologi apa saja yang dibutuhkan untuk misi kedua ExoMars pada 2019 mendatang yang akan membawa rover -- sejenis kendaraan otomatis, ke Mars.
Advertisement
Sejak disetujui oleh ESA pada 2005 silam, misi dengan tujuan utama untuk mencari peninggalan biologis dari kehidupan di luar bumi di masa lalu dan sekarang itu, telah menghadapi lika-liku panjang, bahkan nyaris dihentikan.
Namun, proyek ke Mars senilai 1,3 miliar Euro atau sekitar Rp 19 triliun tersebut akhirnya dapat terus berlanjut setelah Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) bergabung menyusul keluarnya Amerika dari misi itu.
Direktur Senior Thales Alenia Space, kontraktor utama pelaksanaan misi ExoMars, Vincenzo Georgio, mengungkapkan bahwa satelit sudah siap. Meskipun sempat muncul masalah pendanaan dan politik, kami bekerja sangat keras: tujuh hari seminggu, 3 shift. Dan lihat hasilnya sekarang, Mars lebih hidup.
TGO yang memiliki berat 3,7 ton itu dilengkapi teknologi yang dapat mengumpulkan data-data gas di atmosfer Mars, terutama metana.
Dari penelitian sebelumnya, konsentrasi metana di Mars, rendah dan sporadik. Namun, fakta bahwa ada metana di Mars saja, dinilai banyak peneliti sudah sangat menarik.
Alasannya, molekul organik sederhana, seperti metana, sangat mudah hancur di atmosfer Mars yang kasar. Sehingga keberadaanya yang konsisten mengindikasikan adanya produksi terus menerus dari gas tersebut.
Ini kemungkinan bisa dijelaskan secara geologis: metana di Mars adalah produk sampingan dari interaksi antara air dan batuan mineral di kedalaman tertentu.
Meskipun begitu, tidak tertutup kemungkinan metana di Mars diproduksi secara 'biologis' karena di bumi sebagian besar metana berasal dari makhluk hidup. Dan bukan hal yang aneh jika ada yang memprediksi, mikroba-mikroba di Planet Merah juga mengeluarkan emisi berupa metana.
"Kami sangat bersemangat mengonfirmasi berbagai prediksi," ungkap ilmuwan ExoMars, Jorge Vago seperti dilansir dari BBC, Kamis (26/11/2015).
"Terlepas penjelasan yang benar, secara geologis ataupun biologis, jika metana ditemukan di bawah permukaan Mars, berarti memerlukan air yang mengalir. Walaupun cuma fakta ini yang ditemukan, Mars akan terasa lebih 'hidup'."
TGO rencananya akan dibawa ke lokasi peluncuran di Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan pada pertengahan Desember untuk diluncurkan pada 14 Maret 2016. Unit tersebut diharapkan akan tiba di Mars pada pertengahan Oktober 2016. (Tnt/Ein)