Liputan6.com, Jakarta - Gabungan Pelaksana Konstruksi (Gapensi) menyambut baik atas terpilihnya Rosan Perkasa Roeslani sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) periode 2015-2020. Gapensi percaya dengan adanya kepemimpinan muda di Kadin akan mempercepat akselerasi dunia usaha ke depan.
“Dengan adanya kepemimpinan muda, Gapensi yakin akselerasi asosiasi akan lebih cepat. Apalagi Presidennya masih muda, gerakannya cepat. Rosan cocok ladeni beliau, sebagai mitra konstruktif pemerintah,” ujar Sekjen Gapensi H.Andi Rukman Karumpa dalam keterangannya, Kamis (26/11/2015).
Dua hari lalu, Rosan Perkasa Roslani (48) terpilih menjadi Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2015-2020. Rosan terpilih melalui voting dengan perolehan suara 102 mengalahkan Rachmat Gobel yang mendapatkan 27 suara. Suara tersebut diperoleh dari 100 provinsi dan 29 asosiasi.
Baca Juga
Advertisement
Meski demikian, Andi berharap Rosan tidak meninggalkan Usaha Kecil Menengah Konstruksi (UKM Konstruksi). Dia berharap Rosan memperjuangkan akan mada depan UKM Konstruksi dari ketatnya persaingan dengan industri besar baik swasta maupun Badan Usaha Milik Negara. “Kami titip harapan agar beliau bersama Gapensi berjuang untuk membesarkan UKM Konstruksi,” imbuh Andi.
Andi menegaskan bahwa industri jasa Konstruksi sangat penting untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,3 persen tahun depan. Sebab belanja negara terus membengkak hingga sebesar Rp 2.095 triliun. Adapun belanja infrastruktur sebesar 8 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 atau senilai Rp 313,5 triliun.
“UKM konstruksi sangat berperan dalam menyerap belanja tersebut agar target pertumbuhan itu tercapai,” ujar Andi. Pada APBNP 2015, pemerintah telah mengalokasikan anggaran infrastruktur sebesar Rp 290,3 triliun atau meningkat 63,18% dari realisasi APBN 2014, yang tercatat mencapai Rp177,9 triliun.
Pangsa Pasar UKM
Sementara itu, Andi mengatakan, saat ini sebanyak 85 persen nilai pasar konstruksi masih dikuasai oleh kontraktor besar, padahal rasionya hanya 5 persen dari total 160.000 badan usaha konstruksi di Tanah Air. Sedangkan sisanya, menurut dia, sebesar 15 persen nilai pasar konstruksi diperebutkan oleh UKM konstruksi, padahal rasio UKM Konstruksi sebanyak 95 persen dari sekitar 160 ribu badan usaha tadi.
Ia berpendapat, kondisi tersebut mengakibatkan persaingan usaha di pasar konstruksi skala kecil dan menengah menjadi tidak sehat dan terdistorsi sehingga membuka peluang bagi pengguna jasa yang bertikad kurang baik.
Andi juga mengingatkan bahwa UKM konstruksi merupakan pihak yang paling rentan terhadap aksi kriminalisasi padahal UKM konstruksi dinilai sangat besar jumlahnya atau mencapai 99 persen dari 48 ribu anggota Gapensi di seluruh Indonesia. (Yas/Gdn)