Liputan6.com, Sinjar - Sebuah gua buatan para militan ISIS ditemukan di bawah tanah di di Sinjar, Irak.
Liang besar itu dilapisi setumpuk matras yang berfungsi sebagai peredam. Ini membuat para teroris bersembunyi dan bergerak tanpa terdengar dan terdeteksi oleh pihak keamanan. Ratusan amunisi, peralatan komputer, dan berbagai keperluan lain ditemukan di dalamnya.
Persembunyian itu ditemukan setelah kota itu berhasil diambil alih pasukan Kurdi dari ISIS.
Beberapa gambar memperlihatkan aparat keamanan Irak bersama pasukan Kurdi masuk ke dalam gua yang dipenuhi kantong-kantong pasir, untuk menahan struktur tanah agar tidak runtuh jika terkena bom.
Gua tersebut memiliki lorong panjang, dan sepanjang terowongan dialiri listrik. Tidak hanya itu, mereka membangun ceruk-ceruk sebagai tempat para teroris tidur.
Sejumlah kitab suci dan persediaan obat-obatan tergeletak di lantai, diselimuti debu.
Menurut komandan pasukan Kurdi, Shamo Eado, ada 40 terowongan ditemukan di bawah tanah kota Sinjar.
"ISIS telah menggali tanah dan membuat lubang persembunyian untuk menghindari serangan udara. Tidak hanya itu, mereka dapat bergerak bebas di bawah tanah tanpa terlihat, untuk menyimpan senjata dan bahan peledak," kata Eado seperti dilansir dari Newscom.au, Kamis (26/11/2015).
"Ini adalah gudang persenjataan mereka," ia menambahkan lagi.
Gua dan terowongan itu dibangun setelah ISIS menguasai Sinjar tahun lalu. Sinjar adalah tempat minoritas Yazidi tinggal.
Banyak di antara mereka dibunuh, perempuannya dijadikan tahanan dan objek pelecehan, sementara para lanjut usia ditembak mati.
Teroris ISIS membangun benteng pertahanan di Raqqa. Kota itu secara de facto dijadikan ibu kota kelompok mematikan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Tak lama setelah kelompok itu mengatakan bahwa Raqqa adalah ibu kota ISIS, militer Prancis membombardir kota itu dengan 22 bom. Para teroris itu segera membangun lebih banyak lagi bungker-bungker bawah tanah semenjak serangan udara dilakukan.
ISIS tidak hanya menggali tanah membuat terowogan dan bungker. Tapi mereka mewajibkan pria berusia di atas 14 tahun untuk menjadi prajuritnya atau mati. Jaringan telekomunikasi dan internet penduduk pun diputus.
Setelah serangan udara oleh Rusia dan Prancis, ISIS membalas dendam -- sesuai klaim mereka -- dengan menembak jatuh pesawat penerbangan sipil Metrojet milik Rusia dan serangkaian teror di Paris 13 November lalu.
Saksi mata mengatakan, ISIS kerap kali menggunakan 'tameng manusia' di Raqqa semenjak Rusia dan pasukan koalisi membombardir ISIS. (Rie/Ein)*