Business Think UNSW: Pro Bisnis, Pro Rakyat, dan Pro Warga Miskin

Perhelatan internasional Business Think yang digagas University of New South Wales (UNSW) untuk kali pertamanya digelar di Indonesia.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 26 Nov 2015, 19:42 WIB
Perhelatan internasional Business Think yang digagas University of New South Wales (UNSW) untuk kali pertamanya digelar di Indonesia (Liputan6/Tanti Yulianingsih)

Liputan6.com, Jakarta - Perhelatan internasional Business Think untuk kali pertamanya digelar di Indonesia. Acara yang digagas University of New South Wales (UNSW) Australia tersebut menampilkan para ahli dan beberapa pengusaha terkemuka dunia, untuk berbagi wawasan terkait bisnis, khususnya soal masa depan Indonesia.

"Berbicara tentang bisnis, menurut saya, perlu ada dukungan dari pemerintah untuk menciptakan kondisi yang pro bisnis, sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kehidupan rakyat banyak dan kalangan bawah," kata Alumni UNSW, Eddy Kusnadi Sariaatmadja di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Kamis (26/11/2015) "Jadi, "pro business, pro people, and pro poor."

Eddy menuturkan, kondisi yang memungkinkan sektor bisnis berkembang  bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

"Pro bisnis bisa meningkatkan kehidupan rakyat dan juga kalangan bawah. Sektor privat juga bisa meningkatkan perekonomian negara," jelas dia.

Pada kesempatan itu, Profesor Ian Jacobs selaku President and Vice Chancellor UNSW juga menyampaikan harapannya, agar Australia dan pihak universitas bisa terus berhubungan baik dengan Indonesia, khususnya di bidang bisnis.

Profesor Ian Jacobs mengatakan, Indonesia tak hanya menjadi mitra perdagangan penting bagi Australia, namun juga patner pendidikan dan ekonomi.

UNSW telah menandatangani nota kesepakatan dengan  Universitas Gadjah Mada (UGM), membangun hubungan erat antara dua universitas ternama di Australia dan Indonesia, sekaligus mempromosikan hubungan akademis dan pertukaran budaya. 

Acara Business Think perdana di Indonesia itu juga dihadiri sejumlah duta besar negara sahabat, tokoh penting, juga pengusaha ternama.

Deputi CEO PT Supra Boga Lestari Tbk, Meshvara Kanjaya; CEO Sintesa Group, Shinta Kamdani; penasihat ekonomi Wapres RI sekaligus petinggi Gemala & Santini Group, Sofjan Wanandi, dan mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal menjadi pembicara dalam diskusi. (Tnt/Ein)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya