Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna menegaskan bahwa pembelian Helikopter VVIP Agusta Westland AW101 bukanlah permintaan Presiden Joko Widodo. Helikopter buatan Italia itu sudah masuk dalam rencana strategis TNI AU untuk meningkatkan profesionalisme anggotanya.
"Jangan ada kata-kata helikopter ini atas permintaan Presiden. Ini ya sudah sesuai pagu anggaran yang sudah dikasih," kata Agus Supriatna di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Kamis (25/11/2015) sore.
Dia juga menuturkan, yang menjatuhkan pilihan kepada AW101 adalah dirinya. Helikopter seharga US$ 55 juta itu sudah melalui kajian yang panjang. Di sisi lain, untuk kenyamanan dan keamanan yang menjadi prioritas helikopter tersebut semata-mata agar Kepala Negara dan tamu-tamu bangsa tidak membungkuk.
"Jangan dipolitisasi ini untuk Presiden, ini rencana saya. Jadi VVIP tak perlu jongkok-jongkoklah, Presiden nggak perlu bungkuk-bungkuk masuk. Sebab itu kan tanggung jawab saya, kita sudah kaji itu. Kalau nggak dipakai Presiden, ya dipakai saya. Saya ini nyamannya pingin tinggi 180 cm nah ini tinggi 183 cm," tutur KSAU.
Baca Juga
Advertisement
Menurut dia, rencana pembelian helikopter AW101 yang canggih dan modern itu murni hasil kajian dari Skadron Udara VVIP. Kemudian, dikaji di Mabes TNI.
"Setelah dikaji dengan baik, saya memutuskan untuk membeli helikopter VVIP. Ini merupakan hasil kajian kita," kata Agus.
Tiba April 2016
Terkait permintaan agar helikopter itu dipasang antipeluru, kata KSAU akan dilihat lagi anggarannya. Bila mencukupi, bisa saja dipasang antipeluru, antijamming, antirudal, dan lainnya.
"Kalau helikopter Presiden AS dipasang segala macam, dengan anggaran bisa mencapai US$ 120 juta AS," kata dia.
Ia berharap satu unit Helikopter AW101 akan tiba pada 2016. "Insya Allah, sebelum 9 April 2016, helikopter tersebut sudah tiba di Tanah Air," ucap Agus.
Helikopter VVIP AW101 merupakan jenis helikopter angkut menengah antikapal selam yang dapat digunakan untuk kepentingan militer dan sipil.
Menggantikan Super Puma
AgustaWestland AW101 dikembangkan oleh perusahaan patungan Westland Helicopters asal Inggris dan Agusta asal Italia. Helikopter ini diproduksi untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata angkatan laut modern.
Selama ini, sejumlah pejabat negara, termasuk Presiden RI menggunakan Helikopter Super Puma yang dioperasikan oleh Skadron 17 VIP TNI AU yang bermarkas di Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, sebelum kemudian dirawat dan dioperasikan oleh Skadron 45 VIP yang juga bermarkas di Halim.
Skadron 17 dan 45 tersebut merupakan skadron khusus yang menerbangkan pesawat-pesawat atau helikopter-helikopter untuk VIP dan VVIP. Skadron 17 misalnya, pernah membawa Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon dengan Boeing 737. Sementara Skadron 45 mengkhususkan pada pengoperasian helikopter atau rotary wing aircraft.
Agus Supriatna menegaskan, pengadaan helikopter antipeluru AgustaWestland AW101 itu bukan oleh Sekretariat Negara (Setneg) seperti Helikopter Super Puma itu.
"Heli Super Puma pengadaannya oleh Setneg, tapi dioperasionalkan oleh TNI AU," kata Agus. (Ado/Nda)