Makhluk Ini Mampu Bertahan di Luar Angkasa dan Punya DNA Asing

Tardigrade, makhluk mikro paling 'tahan banting' ini memiliki DNA dari makhluk lain dalam jumlah cukup besar.

oleh Indy Keningar diperbarui 28 Nov 2015, 10:03 WIB
*****

Liputan6.com, Chapel Hill - Spesies hewan berukuran mikro, Tardigrade, terkesan seperti makhluk yang hidupnya tidak macam-macam. Mereka tidak tumbuh lebih dari 1 mm, dan tinggal di lapisan lumut di dasar danau. Mereka bertahan hidup dengan memakan bakteria atau partikel tumbuhan.

Namun beberapa Tardigrade memiliki 'kehidupan liar'. Dilaporkan Smithsonian Mag, ilmuwan menemukan mereka bisa bertahan hidup di air mendidih maupun membeku dalam lapisan es. Makhluk ini dikenal luas namanya setelah ditemukan mampu bertahan di luar atmosfer bumi--alias luar angkasa, dan dalam eksposur radiasi. Mereka juga bisa bertahan hidup 10 tahun walau tanpa
makanan dan air.

Baru-baru ini, ilmuwan menemukan bahwa makhluk tersebut memiliki gen paling berbeda dari seluruh hewan yang telah dipelajari, sekitar satu per enam genome Tardigrade 'dicuri' dari spesies lain. Sungguh makhluk yang penuh kejutan.

Genome asing merujuk pada gen yang berasal dari organisme lain, istilah yang disebut transfer gen horizontal, bukannya gen yang diwariskan dari reproduksi tradisional.

Transfer genome horizontal terjadi pada manusia, juga sering pada hewan, biasanya merupakan hasil pertukaran gen yang dibawa virus, untuk memudahkan perspektif, sebagian besar hewan memiliki 1 persen genome dari DNA asing. Sebelumnya, Rotifier, makhluk mikroskopik air lainnya, dipercaya memiliki gen asing terbanyak, sebanyak 8-9 persen.

Tardigrade. (foto: Wikipedia)

Sementara, riset terbaru ini menunjukkan, 6.000, atau 17,5 persen dari gen Tardigrade berasal dari spesies lain.

"Kami tak menyadari bahwa genome hewan bisa terdiri dari begitu banyak DNA asing," ungkap wakil pemimpin studi Bob Goldstein, dari University of North Carolina, Chapel Hill, pada Science Alert, Jumat 27 November 2015. "Kami mengetahui banyak hewan memiliki gen asing. Namun kami tak menyadari ada hingga derajat ini," katanya.

Dari mana Tardigrade mendapat seluruh DNA ini? DNA asing datang terutama dari bakteria, namun sering juga dari tanaman, fungi, dan Archaea. Variasi gen yang mengagumkan inilah yang diduga membuat si beruang air bisa bertahan hidup dalam kondisi ekstrem.

"Hewan yang bisa bertahan hidup situasi ekstrem secara spesifik memiliki gen asing --dan gen bakteria bisa lebih mudah menangani situasi penuh tekanan dibanding gen hewan," kata salah satu periset, Thomas Boothby.

Tim belum menginvestigasi bagaimana pastinya proses 'pencurian gen' ini. Namun, ada hipotesis bahwa ini merupakan mekanisme bertahan hidup mereka yang lainnya--kemampuan mengeringkan tubuh hingga hanya 3 persen air, dan segera sehat kembali setelah mendapat air.

Saat pengawetan dengan proses ini terjadi, ilmuwan mengetahui DNA mereka terpecah jadi bagian-bagian kecil. Mereka juga mengetahui saat sel mereka merehidrasi, ada titik saat sel nukleus menjadi mudah bocor, memudahkan DNA dan molekul lainnya menembus masuk. Artinya, sementara Tardigrade secara cepat menambal genomenya sendiri, mereka bisa secara tidak sengaja menutupi organisme gen lainnya.

Ini mungkin proses yang terjadi secara acak, namun gen yang diturunkan bisa jadi yang membantu hewan bertahan hidup.

Riset mendatang perlu dilakukan mengenai bagaimana persisnya Tardigrade memperolah DNA asing ini, dan seberapa sering ini terjadi. Namun, yang paling menyenangkan, adalah fakta ini memberi wawasan mengenai bagaimana kehidupan berkembang.

"Kami berpikir mengenai pohon kehidupan, dengan material gen berpindah secara vertikal dari sepasang ibu dan ayah. Namun dengan perpindahan gen horizontal menjadi lebih diterima dan diketahui, setidaknya pada organisme tertentu. Hal ini mulai mengubah cara kita berpikir mengenai evolusi dan pewarigan material genetik," ungkap Boothby. "Sebaiknya kita berpikir mengenai jaringan kehidupan dan perpindahan material genetik dari cabang ke cabang, dibanding pohon kehidupan. Ini menyenangkan, kita mulai mencari tahu mengenai bagaimana evolusi bekerja."

Riset ini, yang diterbitkan di PNAS, bisa memberi wawasan mengenai gen yang berguna untuk pengembangan obat-obatan. (Ikr/Rie)*

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya