Hadiah Timah Panas Bagi Si Pencabul di Atas JPO

Pemprov harusnya lebih memperhatikan kondisi fasilitas publik sebelum tempat itu memakan korban.

oleh Moch Harun SyahFX. Richo PramonoAudrey Santoso diperbarui 28 Nov 2015, 00:02 WIB
(Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Jembatan penyeberangan orang (JPO) Lebak Bulus, Jakarta Selatan menjadi saksi bisu atas peristiwa kelam yang dialami RJ (23). Warga Kelurahan Pulo, Kecamatan Kebayoran Baru itu tidak pernah menyangka jika di atas JPO yang biasa dilaluinya sehari-hari mengintai bahaya yang tak disadarinya.

Karyawati itu baru hendak pulang dari Balai Diklat Pekerjaan Umum (PU) pada Sabtu sore, 21 November 2015. Kondisi lalu lintas yang ramai mendasarinya untuk menyeberang jembatan penyeberangan yang menghubungkan Lebak Bulus dan Pondok Indah. Sesampainya di atas, ia hanya menemukan sesosok lelaki yang berjalan dari arah berlawanan.

Awalnya, RJ tak menaruh curiga. Situasi mulai mencekam saat lelaki berkaus oblong merah itu tiba-tiba menarik jaketnya dan menyudutkannya ke pegangan jembatan. RJ berusaha melawan, tapi tenaganya kalah kuat. Bahkan, dirinya sempat terluka di bagian leher karena dicekik pelaku.

 

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Lebak Bulus, Jakarta Selatan (Liputan6.com/Yoppy Renato)

 

 "Hasil visum ada luka di bagian leher akibat dicekik dan ada beberapa cakaran di bagian tangan akibat korban melakukan perlawanan," ujar Kepala Sub Bagian Humas Polres Metro Jakarta Selatan Komisaris Minto Padal Putro ditemui di Polrestro Jakarta Selatan, Selasa (24/11/2015).


Dalam kondisi terdesak, RJ menyerahkan isi dompet dan sebuah iPhone 5 miliknya. Pelaku tak juga melepaskannya. Ia bahkan bertindak asusila terhadap meski korban meronta. Sepinya situasi membuat pelaku tak takut berbuat cabul meski hari masih terang.

"Korban tidak langsung dilepaskan. Pelaku kemudian memperkosa korban. Pelaku satu orang," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Mohammad Iqbal di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa 24 November lalu.

RJ kemudian melaporkan peristiwa yang dialaminya kepada Polres Metro Jakarta Selatan, Senin malam, 23 November 2015 lalu. Berdasarkan laporan tersebut, polisi memulai penyelidikan.

Perburuan Dimulai

Polisi perlu beberapa waktu sebelum RJ bersedia memberi keterangan. Ia akhirnya membuka mulut tentang ciri-ciri orang yang berbuat tak senonoh kepadanya. Berbekal informasi itu, penyidik membuat sketsa pelaku.

Sosok di balik sketsa perlahan mulai terkuak setelah polisi menanyai sejumlah saksi. Kecurigaan polisi mengarah pada ITH (29), lelaki kelahiran Wamena, Papua, 8 April 1986. Saksi yang ditanyai menduga jika ITH sering merampas dan mencabuli korban lain, tapi tidak ada satu pun korban berani melapor.

"Diduga beberapa kali (merampas dan memperkosa) tapi tidak ada korban melapor. Pedagang di sana tahu pelaku memang begitu. Pedagang enggak berani melapor," tutur Kasubdit Resmob Polda Metro Jaya AKBP Eko Hadi Santoso.

RJ kembali dimintai konfirmasi atas temuan lapangan polisi. Korban mengiyakan ITH sebagai pelaku kejahatan terhadapnya. Pengejaran akhirnya dimulai. Polisi mendapati tersangka sedang mengendarai sepeda motor di kawasan Slipi, Jakarta Barat.

 

Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) Lebak Bulus (Liputan6.com/FX. Richo Pramono)

 
Sadar diikuti, lelaki yang sering mangkal di Pangkalan Angkutan Umum Koantas Bima di Roxy, Ciputat, itu langsung kabur. Polisi pun langsung menyalip motor pelaku dan mencegatnya di Jalan Wijaya, Jakarta Selatan. Saat hendak ditangkap, ITH justru mengeluarkan golok dari belakang pinggangnya dan mencoba melukai petugas.

Polisi memberi tembakan peringatan, tapi ITH tak juga menghiraukan. Ia diduga sedang berada dalam pengaruh alkohol saat itu. Dianggap membahayakan, polisi menarik pelatuk dan menembaknya tepat di bagian dada. Pemerkosa itu akhirnya ambruk tertembus timah panas aparat.

"Tersangka melawan saat diamankan jadi kita ambil tindakan tegas. Tembakan di dada," terang Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti.

Kini, jenazah ITF tengah diotopsi dan disemayamkan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Polisi juga menyita kaos oblong warna merah, satu celana panjang bahan katun warna hitam yang dikenakan tersangka ITH saat merampas dan memperkosa RJ serta iPhone milik korban.


Fasilitas Publik yang Terabaikan

Sepi dan kotor menguasai suasana di atas JPO itu saat Liputan6.com menelusurinya. Hanya ada 1 orang yang melintas dalam waktu lebih dari 1 jam. Di sudut jembatan menumpuk sampah yang dibuang sembarangan. Di tumpukan itu pula ditemukan jarum suntik dan kondom bekas.

"Saya sering menemukan jarum suntik dan kondom di sini. Jembatan ini jorok. Saya lewat sini karena jembatan ini paling dekat dari kantor saya yang ada di seberang untuk menuju ke kosan," ujar Agus, seorang pegawai.

Kesan tak terawat juga terlihat dari kondisi lampu yang terpasang. Dari 3 lampu yang ada, semuanya tak menyala karena ada kabel yang sengaja diputus oleh orang tak bertanggung jawab. Karenanya, jembatan itu semakin rawan tindak kejahatan.

Pemerintah kota bukannya tak mengetahui. Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi menyebut jika JPO kerap menjadi lokasi tindak kriminal. Sayang, ibarat pepatah 'sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna', pemerintah baru memberi perhatian setelah kejahatan terjadi.

Tri baru memerintahkan jajaran Suku Dinas Perindustrian dan Energi untuk segera memasang lampu penerangan di JPO di Jalan TB Simatupang setelah kasus RJ terkuak. Ia juga baru berencana memasang kamera CCTV di seluruh JPO, khususnya di beberapa titik rawan. Itu pun baru akan terlaksana setelah program CSR (Coorporate Social Responsibility) berjalan.

Ke depan, pemerintah DKI berencana mengganti semua JPO dengan jembatan bawah tanah yang dilengkapi pertokoan. Namun, waktu realisasi rencana itu belum jelas. (Din/Dms)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya