Getar Lindu di Ibu kota

Jakarta sering kali terkena dampak gempa yang terjadi di daerah Banten. Masyarakat yang tinggal di gedung bertingkat paling merasakannya.

oleh RochmanuddinYandhi DeslatamaPramita TristiawatiKukuh SaokaniAchmad Sudarno diperbarui 29 Nov 2015, 00:05 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Drrrr...tiba-tiba kaca bergetar. Televisi, lampu, dan sejumlah benda yang ada di atas meja bergoyang. Rupanya Sabtu malam itu Jakarta diguncang gempa.

Warga Ibukota merasakan kuat guncangan lindu berkekuatan 5,6 Skala Richter ini, meski pusat gempat berada di wilayah Pandeglang, Banten.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, Gempa yang tidak berpotensi tsunami ini persisnya berada di 7,32 Lintang Selatan-105 Bujur Timur, 77 KM Tenggara di kedalaman 75 KM.

Di Ibukota gedung-gedung bertingkat pun berguncang. Benda-benda di raungan terasa bergetar seperti kaca, televisi, lampu, serta benda-benda di atas meja. Guncangan keras selama 4-6 detik.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, guncangan kuat lantaran gempa di laut cukup dekat dengan daratan.

Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)


"Pusat gempa di laut namun cukup dekat dengan daratan. Pusat gempa tidak berada di jalur subduksi lempeng tektonik," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam pesan tertulis kepada Liputan6.com, Sabtu (28/11/2015).

Gempa ini tak hanya terasa di Pandeglang dan Ibukota, tapi juga beberapa kota lain di sekitarnya. Di antaranya Lebak, Serang, Depok, Bogor, Tangerang, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, hingga Bandung.

Warga di beberapa kota berhamburan keluar dari rumah karena panik. Seperti dialami warga Bandung.

"Tadi gempa jadi keluar, takut soalnya," kata Iwan Suyadi, warga Antapani, Kota Bandung kepada Liputan6.com, Sabtu (28/11/2015) malam.

Guncangan gempa juga cukup lama dirasakan warga. "Sempet khawatir juga karena tadi gempa cukup lama, sekitar 20 detik," ujar Ugi, warga Banjaran, Kabupaten Bandung.

Warga Tangerang juga merasakan hal sama. Getaran yang terasa begitu kencang, seperti dirasakan warga Kota Tangerang Selatan.

"Kencang banget, terasa beberapa detik. Sampai 10 detik lah. Makanya tadi tegang dan pada keluar semua," ujar Putri Larasati, warga Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Sabtu (28/11/2015) malam.

Hal yang sama juga dirasakan Wanda Sari, warga Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Dia sampai berlari dari kamar mandi menuju lapangan di depan rumahnya.

"Saya kaget, dari kamar mandi langsung gendong anak saya yang 3 tahun di ruang televisi. Langsung lari keluar," ujar Wanda.

Namun belum ada laporan kerusakan dan korban jiwa akibat gempa ini. BNPB mengimbau masyarakat terdampak gempa agar tenang dan tidak panik.

"Jika saat gempa merasakan guncangan keras, segera keluar rumah atau berlindung pada tempat yang aman," imbau Sutopo.

Warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten juga berhamburan keluar rumah, karena beberapa detik merasakan getaran gempa sekitar pukul 21.49 WIB.

"Kami sekeluarga keluar rumah karena merasakan getaran gempa," kata Uni, warga Dukuh Kelurahan Rangkasbitung Barat, Kecamatan Rangkasbitung.


Rawan Gempa Besar

Ilustrasi gempa

Ini dia alasannya kenapa Indonesia bisa diguncang lima gempa dalam dua hari.


Gempa yang mengguncang Pandeglang kerap terasa hingga ke Jakarta. Seperti pada Selasa 9 April 2013, gempa di Pandeglang terasa kuat hingga Jakarta meski hanya berkekuatan 5,5 Skala Richter.

Lindu yang berpusat di 7.28 LS-105.90 BT, 84 kilometer Tenggara Banten di kedalaman 10 kilometer itu menurut BMKG tidak berpotensi tsunami.

Teranyar gempa menguncang Pandeglang pada Rabu 4 November 2015. Gempa berkekuatan 5,2 skala Richter dan berlangsung 4 detik ini terasa hingga Jakarta.

Gempa ini berpusat di bagian barat Ujung Kulon atau berada di kedalaman laut 10 kilometer dan dipastikan tidak menimbulkan kerusakan. Namun lindu ini sempat membuat panik warga.

BNPB menyebutkan, wilayah Jakarta dan Banten adalah daerah rawan gempa berkekuatan besar.

"Guncangan gempa (di Kabupetan Pandeglang) tersebut mengingatkan kita bahwa Jakarta juga rawan gempa," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Rabu 4 November 2015.

"Sejarah gempa yang pernah terjadi di wilayah Banten yaitu 6,6 SR pada 16 Desember 1963 dan 6,5 SR pada 21 Desember 1999," sambung dia.

Bahkan, dalam hasil riset terbaru, Pulau Jawa dalam sejarahnya, pernah dilanda gempat bumi yang sangat kuat dan merusak. Di antaranya melanda Jakarta pada 1699.

"Daya guncang gempa Batavia (Jakarta) tahun 1699, lebih dari 7 MMI (Modified Mercalli Intensity). Kerusakan parah terjadi di Batavia dan sekitarnya. Gempa amat kuat dirasakan di Jakarta pada 5 Januari 1699, sekitar pukul 01.30 wib," pungkas Sutopo. (Rmn/Dms)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya