Menanti Kebijakan Bank Sentral Global, Bursa Asia Melemah

Pelaku pasar menanti sejumlah kebijakan bank sentral dari Eropa dan Amerika Serikat sehingga mempengaruhi bursa saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Nov 2015, 08:49 WIB
Bursa saham Asia menguat seiring data ekonomi Amerika Serikat (AS) positif dengan indeks saham acuan regional naik 0,3%.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melanjutkan pelemahan pada perdagangan saham di awal pekan ini seiring aksi jual di bursa saham China dan komoditas beserta pasar uang.

Indeks saham MSCI Asia Pasific melemah 0,7 persen pada pukul 10.01 waktu Tokyo, dan mendorong penurunan sebanyak 1,5 persen selama November 2015. Penurunan indeks saham ini juga didorong dari indeks saham Jepang Topix tergelincir 0,6 persen, terendah sejak 16 November 2015. Indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 1,1 persen.

Pelemahan indeks saham juga diikuti indeks saham Australia susut 0,7 persen. Sedangkan indeks saham Selandia Baru/NZX 50 menguat 0,1 persen. Indeks saham acuan Asia melemah ini tak lepas dari penurunan yang terjadi di bursa saham China terutama Shanghai.

Hal itu setelah terjadi penyelidikan terhadap broker terbesar di China sehingga memicu indeks saham Shanghai turun tajam dalam tiga bulan. Adapun broker yang diselidiki terkait dugaan pelanggaran aturan marjin dan short selling antara lain China Citic Securities Co, Haitong Securities Co dan Guosen Securities Co.

Sentimen lainnya pelaku pasar menanti rilis data ekonomi dan sejumlah pertemuan bank sentral. Pimpinan bank sentral Amerika Serikat (AS) Janet Yellen akan muncul sebelum kongres jelang data tenaga kerja pada Jumat pekan ini. Harapan pelaku pasar pun meningkat menjadi 70 persen dengan rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS pada Desember 2015.

Akan tetapi fokus ini bergeser terhadap kebijakan bank sentral lain menanggapi kebijakan bank sentral AS yang akan mengetatkan kebijakan moneternya. Selain itu, anggota negara produsen minyak (OPEC) juga bertemu untuk membahas produksi minyak pada pekan ini.

"Setelah melempem pada pekan lalu. Agenda minggu ini akan datang sebagai kejutan kepada sistem. Ke depan, pelaku pasar juga akan mempertimbangkan kebijakan bank sentral Eropa, laporan tenaga kerja AS," ujar Raiko Shareef Analis Bank of New Zealand Ltd seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin (30/11/2015).

Di pasar keuangan, sejumlah mata uang cenderung melemah. Mata uang dolar Australia susut 0,3 persen. Ringgit melemah 0,6 persen, dan Korea Selatan won tergelincir 0,5 persen terhadap dolar Amerika Serikat. Sedangkan yuan melemah 0,2 persen pada awal perdagangan. (Ahm/Igw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya