Liputan6.com, Toronto - Pada medio Juni, di Toronto suhu udara mencapai lebih 37 derajat Celcius. Panas. Belum lagi gelombang panas menyerang.
Kala itu, aktivis penyayang binatang Anita Kranjnc dan kelompoknya Toronto Save Pig bersiap di lampu merah. Mereka menunggu lori pengangkut babi-babi dari peternakan ke rumah potong.
Advertisement
Bagi Anita, hewan itu tidak diperlakukan dengan manusiawi. Babi-babi itu diletakkan di dalam truk pengangkut, kepanasan, berkeringat dan kehausan. Hewan itu berpotensi tewas dalam perjalanan akibat dehidrasi.
Bersama kelompoknya yang bersiap di lampu merah, ia memberikan air minum dan buah-buahan seperti melon dan semangka. Namun aksi mulianya itu justru dianggap telah melanggar hukum. Ia terancam bui alias penjara 10 tahun atau denda hingga 2.500 poundsterling.
Pada Senin (30/11/2015), Anita akan menjalani persidangan perdananya di pengadilan Milton, Ontario, Kanada. Ia dituntut telah melakukan pelanggaran kriminal karena telah merusak properti orang lain.
Di bawah undang-undang Kanada, babi diperlakukan seperti properti dan mereka bisa diangkut selama lebih dari 36 jam tanpa makanan, minuman, dan tanpa perlu istirahat.
Namun bagi Anita, undang-undang itu melanggar hak asasi hewan. Atas dasar itulah ia dan kelompoknya nekat tetap memberikan air minum serta makanan ketika babi-babi melintas di Toronto.
Bagi pelaku industri pemotongan hewan, tindakan Anita dan teman-temannya justru membahayakan babi dan lalu lintas.
Puncaknya pada 22 Juni lalu, saat seorang pengemudi bekerja untuk rumah potong babi Van Boekel membawa trailer berisi babi. Saat itu, Anita dan Toronto Pig Save memberi minum hewan itu.
Si sopir truk kemudian meminta Anita untuk menghentikan kegiatannya, namun perempuan 48 tahun itu malah bergeming.
Di hari berikutnya, Anita mendapat surat komplain dari polisi. Menurut dokumen itu, ia dan kawan-kawannya dianggap memberi cairan yang tak diketahui ke dalam trailer pengangkut babi.
"Ia berhak menyuarakan protesnya. Namun apa yang ia lakukan justru membahayakan ternakku," kata pemilik rumah potong babi, Eric van Boekel, seperti dilansir The Telegraph, Minggu 29 November 2015.
"Kejadiannya pada saat lampu merah. Orang-orang itu memasukkan lengannya ke dalam trailer dan memberi makan," ujarnya lagi.
"Masalahnya, saat lampu hijau, bagaimana kalau lengan mereka tersangkut? Aku tidak mau dianggap bertanggung jawab kalau kegiatan mereka malah membuat mereka terluka," beber Eric lagi.
Tak hanya pemilik rumah potong hewan, para peternak pun protes dengan tindakannya. Memberikan air minum saat pengangkutan membuat babi-babi itu celaka. Mereka akan memanjat, menginjak satu sama lain demi meneguk air.
Namun, tindakan Anita dan Toroto Pig Save mendapat dukungan luar negeri termasuk dari Australia. Ia pun siap menghadapi pengadilan.
"Kita punya kewajiban untuk memberikan makanan bagi mereka yang kelaparan, dan air untuk yang kehausan. Aku tidak akan membayar denda, aku lebih baik dipenjara," ujar Anita yang bersiap menghadapi sidang perdananya. (Rie/Tnt)