Liputan6.com, Illawarra - Seorang wanita tercengang karena tidak bisa memesan penulisan nama pada selai cokelat pesanannya , padahal perusahaan selai itu menawarkan penulisan nama perseorangan sebagai bagian dari promosinya.
Dikutip dari Sydney Morning Herald pada Senin (30/11/2015), Heather Taylor yang berasal dari Illawarra di Australia kecewa karena pihak pembuat selai Nutella tidak berkenan menuliskan nama anak perempuannya, Isis, di wadah selai.
Advertisement
Saudara perempuannya mencoba memesan lima wadah selai Nutella dengan penulisan nama pribadi penerima selai tersebut, yaitu para keponakannya Odhinn dan Isis. Pesanan dilakukan di pertokoan Myer di daerah Shellharbour, Australia.
Dua nama itu tadinya dianggap bermasalah oleh sistem komputer pemesanan. Setelah tawar-menawar, nama Odhinn diperbolehkan untuk dicetak. Tapi nama Isis ditolak oleh manajer toko.
Pihak toko menjelaskan kepada Taylor bahwa Nutella memiliki tata cara penerimaan nama dan ia mengarahkan wanita itu untuk menghubungi Ferrero Australia, pembuat selai cokelat Nutella.
Craig Barker, pimpinan Ferrero Australia, kemudian secara pribadi menghubungi sang ibu untuk menjelaskan posisi perusahaan terkait hal ini. “Saya agak kecewa dengan kejadian ini. Kau sesungguhnya telah mengotori nama anak saya. Kamu memilih untuk menolak nama anak perempuan saya karena khawatir dipandang negatif oleh masyarakat," kata Taylor.
Kampanye penulisan nama pribadi ini digelar Nutella sejak September lalu untuk pembelian wadah 750 gram ataupun 1 kilogram. Dalam pernyatannya, Ferrero Australia membenarkan bahwa label yang dipermasalahkan itu tidak disetujui untuk naik cetak karena cukup sensitif.
Menurut perusahaan itu, “Sebagaimana halnya setiap iklan, ada keperluan untuk konsisten dalam penerapan syarat dan keadaan. Sayangnya, hal ini berarti ada sejumlah kejadian di mana labelnya tidak dapat disetujui karena dapat disalahartikan oleh masyarakat luas atau dipandang tidak pantas.”
Menurut perusahaan, kampanye ini dimaksudkan untuk dipakai secara “menyenangkan dan membahagiakan.”
Heather Taylor (43) memberi nama anak perempuannya Isis (5), nama dewi dari sejarah Mesir kuno. Nama Odhinn (8) diambil dari nama dewa dalam mitos Nordik.
Wanita itu mengatakan ia tidak setuju penulisan nama ‘Hitler’ di kemasan selai Nutella, tapi kasusnya berbeda karena ia menamai anaknya sebelum munculnya ISIS. Ia tidak berniat mengganti nama putrinya dan bertekad memulihkan nama Isis.
“Kata itu adalah singkatan yang secara salah digunakan oleh media dan disetujui oleh Nutella. Kita perlu menyebut Daesh sebagai Daesh.”
Begitulah, keluarga Taylor menanggung akibat pemilihan nama itu. Sang ibu harus melindungi anaknya dari kejaran media dan seringkali mendapatkan pandangan tidak sedap di tempat umum.
“Saya mulai mendekati titik di mana saya tidak ingin memanggilnya dengan namanya, karena ia mulai menyadari orang mengamatinya.”
Wanita itu juga secara khusus terpukul oleh sebuah artikel terbitan Woman’s Day di awal bulan November yang menempatkan “Isis” sebagai yang teratas dari 12 nama bayi yang harus dikriminalkan.
Keterangan artikel itu mengatakan, “Semua orang tahu bahwa mitologi Isis telah diinjak-injak oleh ISIS, kelompok yang dikenal antara lain karena memenggal dua orang wartawan dan seorang jurukamera. Jadi, jangan pakai Isis.”
Anehnya, nama “Nutella” ada di urutan ke dua dalam daftar nama yang oleh Woman’s Day harus dianggap melawan hukum. (Alx)