Liputan6.com,Chicago - Harga emas menguat di awal pekan ini untuk pertama kali dalam tiga sesi perdagangan. Akan tetapi, harga emas cenderung alami tekanan terbesar bulanan untuk lebih dari dua tahun seiring rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS pada Desember 2015.
Harga emas untuk pengiriman Desember naik US$ 9,6 atau 0,9 persen menjadi US$ 1.065,80 per ounce. Harga emas untuk Februasi menjadi kontrak paling aktif atau naik US$ 9,1 atau 0,9 persen menjadi US$ 1.065 per ounce.
Sepanjang November 2015, berdasarkan kontrak paling aktif, harga emas turun 6,7 persen pada November 2015. Penurunan ini terbesar sejak Juni 2013.
Sedangkan harga perak menguat 4,2 sen atau 0,3 persen menjadi US$ 14,05 per ounce. Kontrak perak pada Maret menjadi yang paling aktif diperdagangkan dengan naik 3,8 sen atau 0,3 persen menjadi US$ 14,086 per ounce. Harga perak turun sekitar 9,5 persen sepanjang November berdasarkan kontrak teraktif.
Baca Juga
Advertisement
"Jelang pertemuan bank sentral AS pada Desember ini semakin "ditakuti" pelaku pasar terutama rencana untuk menaikkan suku bunga. Ini menggeser harga emas dan perak ke level terendah," ujar Kepala Riset BullionVault, Adrian Ash, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (1/12/2015).
Sementara itu, Taki Tsaklanos, Kepala Riset Secular Investor menuturkan, secara teknikal grafik harga emas tidak terlihat sangat konstruktif. Level psikologis harga emas di kisaran US$ 1.000 per ounce. "Kenaikan harga emas perlu dipicu dari minat beli meningkat. Target level support harga emas di kisaran US$ 850," ujar Taki.
Pada pekan ini, pelaku pasar juga mengantisipasi rilis data ekonomi terutama tenaga kerja di sektor non pertanian pada Jumat pekan ini. Data tenaga kerja ini akan menjadi petunjuk soal rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS. Pertemuan bank sentral AS untuk menentukan suku bunga akan digelar pada pertengahan Desember 2015. (Ahm/Igw)