Bursa Saham Asia Menguat Jelang Rilis Data Manufaktur

Pelaku pasar menanti rilis data ekonomi dan hasil keputusan bank sentral Eropa pada pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Des 2015, 08:16 WIB
Orang tercermin dalam papan yang menampilkan rata-rata Nikkei di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/ 2015). Nikkei adalah indeks pasar saham untuk Bursa Saham Tokyo. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Selasa pekan ini jelang rilis data manufaktur. Rilis data ekonomi ini akan menjadi petunjuk bagi investor terhadap rencana kebijakan sejumlah bank sentral mulai dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa pada Desember 2015.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik naik 0,6 persen pada pukul 09.28 waktu Tokyo. Penguatan indeks saham acuan ini dipicu indeks saham Jepang Topix menguat 0,8 persen setelah 1,4 persen menguat pada November 2015. Indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,7 persen. Indeks saham Australia/ASX 200 reli 1,5 persen yang ditopang sektor saham telekomunikasi dan konsumsi.

Sejumlah rilis data ekonomi akan menjadi perhatian pelaku pasar pada pekan ini. Rilis data ekonomi itu antara lain indeks pembelian manufaktur dari kawasan Eropa dan Asia, keputusan bank sentral Eropa pada Kamis pekan ini dan pernyataan pimpinan bank sentral AS Janet Yellen di depan kongres.

Selain itu, rilis daya tenaga kerja AS juga menjadi poin penting menjelang pertemuan bank sentral pada pertengahan Desember 2015.

Tak hanya itu saja, bank sentral India dan Australia pun menggelar pertemuan pada Selasa pekan ini, dan diperkirakan mempertahankan suku bunga setelah memangkasnya di awal tahun.

Adapun dana moneter internasional atau IMF pun telah menyetujui mata uang China yuan sebagai aset cadangan internasional. Pemberlakukan yuan sebagai mata uang cadangan internasional ini mulai berlaku pada Oktober 2016. Hal ini merupakan suatu integrasi yang ditunggu-tunggu ke dalam sistem ekonomi global.

"Beberapa minggu ke depan memberikan sedikit kepastian untuk pasar pada 2016 terutama dari hasil keputusan sejumlah bank sentral utama. Akan tetapi sebelumnya survei aktivitas manufaktur juga harus terjaga. China pun diperkirakan tetap dalam kontraksi dan risiko menurun bagi AS," ujar Philip Borkin, Ekonom Senior ANZ Bank New Zealand Ltd, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (1/12/2015).

Di pasar keuangan, yen tergelincir 0,1 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sedangkan melemah 0,2 persen terhadap euro. Dolar Australia juga relatif stabil dengan diperdagangkan di kisaran 72,37 sen Amerika Serikat. (Ahm/Igw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya