Liputan6.com, Jakarta - MPR menerima kunjungan delegasi parlemen Georgia yang dipimpin David Usupashvili, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Kedatangan mereka dalam rangkaian kunjungan kerja parlemen Georgia ke beberapa lembaga tinggi Indonesia termasuk MPR.
David mengungkapkan, Georgia ingin membangun hubungan baik dengan negara-negara Asia terutama dengan Indonesia.
"Hubungan yang saling menguntungkan antara kedua negara sangat baik untuk rakyat di kedua negara dan saya yakin, Indonesia dan Georgia akan terjalin hubungan kerja sama dengan sangat baik," ujar David, Selasa (1/12/2015).
Ketua MPR Zulkifli Hasan menyambut baik hubungan kerja sama antara Indonesia dan Georgia. Dia juga mengajak agar parlemen kedua negara dapat menjalin hubungan baik dan mendorong pemerintah masing-masing dalam kerja sama bilateral.
Dalam kesempatan tersebut, Zulkifli juga mengungkapkan perihal tugas dan wewenang lembaga MPR. Tugas pokok dan kewenangan pokok MPR adalah menjaga dan mengawal konstitusi negara.
"Indonesia sangat unik, sebab dibentuk berdasarkan keragaman yang sangat besar dan kompleks. Di Indonesia sangat beragam agama, suku, bahasa dan adat istiadat. Untuk menyatukan semuanya itu, kami memiliki Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara yang mampu merekatkan keberagaman menajdi satu dalam wadah NKRI," jelas dia.
Baca Juga
Advertisement
Islam di Indonesia
Zulkifli mengatakan, delegasi parlemen Georgia selama di Indonesia bisa melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kehidupan Islam di Indonesia yang sangat jauh dari kekerasan.
"Saya harap Anda sekalian melihat langsung kami pemeluk agama Islam menjalani hidup kami secara damai bersandingan dengan pemeluk agama lain tidak ada permasalahan, tidak ada konflik besar. Saya harap anda melihat dan menceritakan dan menjadi sebuah memori besar untuk menjadi cerita dan bahan pembahasan di negara anda," ujar Zulkifli.
Dalam dialog tersebut, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid memunculkan pembahasan soal konflik di Suriah yang melibatkan beberapa negara besar seperti Rusia, Amerika Serikat, dan Turki melawan gerombolan teroris ISIS. Dia juga menyinggung aksi terorisme yang menimbulkan banyak korban jiwa seperti di Paris, Prancis beberapa waktu lalu.
"Konflik yang terjadi dan peristiwa terorisme yang menimbulkan korban jiwa sangatlah memprihatinkan kita semua. Saya berharap dalam hubungan kerja sama kita antar 2 negara ini juga memperkuat hubungan kita untuk bersatu melawan terorisme. Kita berperan untuk mencari solusi dalam konflik dan peperangan antar negara tersebut," ujar Hidayat.
Hidayat mengatakan, sebagai negara yang sebagian besar warganya beragama Islam, Indonesia juga menjadi korban aksi terorisme yang menimbulkan banyak korban jiwa. Oleh karena itu, aksi terorisme bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja.
"Pelaku terorisme bukan menunjuk pada satu agama atau satu bangsa apalagi menunjuk ke Islam. Islam sama sekali tidak mengajarkan aksi brutal tersebut," kata dia.
Ketua Parlemen Georgia David Usupashvili sangat menyetujui ajakan untuk bersama-sama mencari solusi konflik dan peperangan antarbangsa serta memberikan solusi terhadap masalah terorisme global.