Potret Buruh Anak yang Cuma Digaji Rp 4.500 Sehari

Anak-anak di Bangladesh dipekerjakan di pabrik yang tidak memiliki sistem keamanan gedung yang baik. Mereka bekerja keras dengan gaji kecil.

oleh Unoviana Kartika Setia diperbarui 01 Des 2015, 20:52 WIB
Anak-anak dipekerjakan secara tidak manusiawi di pabrik. Sumber: Dailymail/Casillas

Liputan6.com, Jakarta Bekerja di pabrik dengan upah yang kecil mungkin sudah biasa. Namun, bagaimana bila anak-anak dipekerjakan di pabrik yang tidak memiliki sistem keamanan gedung yang baik? Bahkan, saking padatnya beban pekerjaan, mereka mandi dan tidur di dalam pabrik.

Seorang fotografer bernama Claudio Montesalo Casillas berkesempatan melihat pabrik yang berlokasi di Keraniganj, Dhaka, Bangladesh. Ia memotret kehidupan di pabrik tersebut yang menunjukkan bagaimana tidak manusiawinya kehidupan pekerja yang masih di bawah umur di sana. Mereka harus bekerja keras setiap hari dan hanya mendapat libur setengah hari dalam seminggu.

Anak-anak dipekerjakan secara tidak manusiawi di pabrik. Sumber: Dailymail/Casillas

Pabrik itu tak hanya membuat pakaian lokal untuk India, tetapi juga merek-merek terkemuka. Mereka bekerja untuk menjahit serta memasang label, payet, dan bordir ke pakaian tersebut.

15 Mesin Jahit

Anak-anak dipekerjakan secara tidak manusiawi di pabrik. Sumber: Dailymail/Casillas

Pabrik itu memiliki sebuah ruangan dengan 15 mesin jahit. Seringkali pabrik tidak memiliki pintu keluar darurat, pelajaran keselamatan kebakaran, dan alat pemadam. Padahal sistem kelistrikan di pabrik terlihat tidak baik.


Tak ada waktu untuk sekolah

Tak ada waktu untuk sekolah

Sumber listrik yang sudah tidak baik di pabrik. Sumber: Dailymail/Casillas

Mereka bahkan tidak punya waktu untuk pergi sekolah. Anak-anak yang berusia 10-14 tahun itu hanya disibukkan dengan pekerjaan yang tidak manusiawi. Padahal mereka hanya digaji sekitar Rp 135.296 dalam sepekan.

Anak-anak dipekerjakan secara tidak manusiawi di pabrik. Sumber: Dailymail/Casillas

"Mereka bekerja selama enam setengah hari sepekan hanya untuk mendapat upah tak layak. Mereka datang dari desa dan berharap mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan datang ke kota," ungkap Casillas seperti dikutip dari Dailymail, Selasa (1/12/2015).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya