Liputan6.com, Rio de Janeiro - Dalam menanggapi ujaran rasisme di dunia maya, kelompok aktivis di Brasil melakukan cara yang tak biasa dalam melakukan upaya perlawanan. Mereka mencuplik kata-kata tersebut dan memasangnya sebagai papan iklan (billboard) berukuran besar dekat lokasi pelaku yang melakukan komentar tersebut.
Dikutip BBC, Rabu (2/12/2015), kampanye yang disebut dengan 'rasisme virtual, akibatnya nyata' didukung oleh Criola, organisasi hak asasi manusia yang dikelola oleh sejumlah wanita etnis Afrika-Brasil.
Advertisement
Upaya ini dilakukan dengan mengumpulkan komentar-komentar Facebook atau Twitter, serta memanfaatkan geolocation untuk mencari tempat tinggal pengunggah. Mereka kemudian membeli ruang iklan dekat rumah pelaku dan memasang komentar tersebut dengan huruf besar, dengan nama dan foto diburamkan.
Jurema Werneck, pendiri Criola, mengatakan bahwa kampanye ini bertujuan agar orang-orang bisa lebih terbuka dan melaporkan tindakan rasisme.
Katanya kepada BBC Trending, “Mereka yang mengunggah rasisme secara online mengira mereka bisa duduk dengan tenang di rumah dan melakukan apa pun sesukanya di internet. Kami tak akan membiarkannya terjadi. Mereka tak bisa sembunyi, kami akan menemukan mereka.”
Meski peraturan melawan rasisme di Brasil sudah ada, Werneck merasa pihak berwenang belum melakukan upaya yang cukup untuk menegakkan hukum sehingga masih banyak orang yang enggan terbuka terhadap tindak rasisme.
Kampanye ini bermula ketika pembawa acara ramalan cuaca televisi yang terkenal menjadi sasaran ujaran rasisme. Komentar dilontarkan kepada Maria Julia Coutinho setelah foto-fotonya diunggah ke laman Facebook akun Nacional Journal-- acara berita pada jam tayang utama.
Secara ironis foto itu diunggah pada 3 Juli, tepat pada hari nasional anti-rasisme di Brasil-- mendapatkan pembelaan dari ribuan pendukung Coutinho. Kata seorang pengguna Facebook, “Aku akan cetak semua komentar dalam unggahan ini dan melaporkannya kepada pihak yang berwenang. Rasisme adalah tindak pidana.”
Kampanye billboard ini telah berlangsung sejak musim panas dan Werneck mengatakan bahwa ia mendapat reaksi yang positif, termasuk dari warga Brasil yang bukan berkulit hitam.
Namun, kampanye ini juga menjadi perdebatan dalam jejaring sosial. Kata seorang pengguna, “Aku kira ini pantas dan adil untuk mengungkapkan wajah mereka.” Sementara yang lainnya mengatakan, “Berhati-hatilah dalam memberikan komentar, bisa saja Anda menjadi orang selanjutnya yang terpampang dalam papan iklan.”
Namun, tak banyak juga yang tidak mendukung cara ini. “Semua orang dilecehkan di internet, tak hanya etnis kulit hitam. Jika tidak mau dicerca, jangan gunakan internet,” kata seorang warga. (*)