Liputan6.com, Jakarta - Pelaku industri mesin perkakas dalam negeri menyatakan tak khawatir dengan pelaksanaan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku pada awal tahun depan. Lantaran di kawasan Asia Tenggara, belum ada negara yang mendominasi produk mesin perkakas ini.
Ketua Asosiasi Industri Mesin Perkakas Indonesia Rudy Andriyana mengatakan, secara umum, industri mesin perkakas belum mampu tumbuh dengan baik di ASEAN. Saat ini, negara-negara di kawasan tersebut masih bergantung pada mesin perkakas impor dari China, Taiwan, Jepang, bahkan negara-negara Eropa yang punya teknologi jauh lebih maju.
"Secara garis besar ASEAN belum berkembang mesin perkakasnya. Kita masih tergantung dengan Taiwan, Jepang, China," ujar dia di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (2/12/2015).
Baca Juga
Advertisement
Meski demikian, pada bidang ini, Indonesia mempunyai keunggulan dalam hal sumber daya manusia (SDM). Saat ini, kemampuan SDM dalam negeri telah jauh meninggalkan kemampuan SDM dari negara-negara ASEAN lain dalam hal pemasangan, pengoperasian dan perawatan mesin-mesin perkakas.
"Di lingkup ASEAN saingan dengan Thailand. Tapi kalau kita lihat apa yang bisa perkuat daya saingnya yaitu SDM, setelah mesin dibeli, perlu di-install, dioperasikan dan dipelihara. Indonesia punya kekuatan yang bisa memasangkan dan memelihara, bahkan mengganti dan meng-upgrade," kata dia.
Sebagai bukti, lanjut Rudy, banyak tenaga-tenaga ahli Indonesia dalam bidang mesin perkakas yang dikirim ke negara-negara ASEAN untuk mengerjakan tugas tersebut.
Namun demikian, Rudy berharap selain kuat dalam hal SDM, produk-produk mesin perkakas Indonesia juga bisa berkembang. Hal ini tentu butuh dukungan penuh dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
"Kemampuan SDM kita lebih tinggi dibanding negara-negara ASEAN lain. Ini menjadi peluang bagi industri di Indonesia. Kita juga kirim orang ke Thailand, Malaysia, Filipina untuk operation, maintenance, repair itu," tandas dia. (Dny/Ahm)