Sudirman Said: Setya Novanto Kondisikan Permintaan Saham Freeport

Setya juga disebut menekan Presdir PT Freeport terkait saham.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 02 Des 2015, 18:22 WIB
Menteri ESDM Sudirman Said memenuhi panggilan MKD DPR (Liputan6.com/ Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Menteri ESDM Sudirman Said menyatakan, Ketua DPR Setya Novanto mengondisikan permintaan saham kepada PT Freeport Indonesia. Selain itu, Setya juga disebut menekan Presdir PT Freeport Indonesia terkait saham.

Hal itu diungkap Sudirman dalam sidang perdana Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di Gedung DPR tentang dugaan pelanggaran etik Ketua DPR Setya Novanto. Anggota MKD dari PDIP Marsiaman Saragih pun menanyakan siapa yang menjadi inisiator dalam pertemuan itu.

"Informasi yang kami terima dari Pak Maroef, stafnya SN menelepon untuk mengurus pertemuan," jawab Sudirman, Rabu (2/12/2015).

Tidak hanya itu, Marsiaman juga bertanya siapa yang menawarkan saham 20 persen itu. Apakah Setya Novanto atau pengusaha Riza Chalid yang ikut dalam pertemuan.

"Kalau didengar secara utuh, meskipun yang mengatakan angka (saham) Riza, tapi yang mengondisikan, merespons, dan memberikan penekanan adalah Pak SN (Novanto)," jawab Sudirman.

Untuk memperjelas keterangan yang disampaikan, mantan Dirut PT Pindad itu kemudian ‎ membacakan penggalan transkrip yang sudah dibagikan ke anggota MKD. Bagian yang dibacakan adalah lembar ke-9 baris ke-7.

"Lembar ke-9 baris ke-7 Pak SN mengatakan, 'Pak Luhut bicara dengan Jim Bob. Pak Luhut juga ada unek-unek'," kata Sudirman.

"Disambut Pak MR (Muhammad Riza Chalid): Pak kalau gua, bakal ngomong ke Pak Luhut, jangan lah ambil 20 persen. Ambil lah 11 persen. Kasih lah ke Pak JK 9 persen juga. Harus adil, kalau enggak nanti ribut," tambah Sudirman.

Kemudian, Sudirman melanjutkan, pernyataan Riza Chalid itu disambut lagi oleh Setya Novanto. Dalam transkrip, Novanto menyebut nama Luhut Binsar Pandjaitan. ‎

"Kata Pak SN, 'ya jadi kalo bicaranya Pak Luhut di sana itu, dengan Jim Bob 4 tahun lalu, dari 30 persen itu mintanya 10 persen. 10 Persen dibayar pakai deviden. Jadi dipinjem dan dibayar tunai pakai deviden. Caranya begitu sehingga mengganggu konstelasi ini. Begitu dengar istilah cawe-cawe, Presiden enggak suka. Pak Luhut nanti dikerjain," ujar Sudirman.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya