Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini sekelompok peneliti dari Carnegie Mellon University dikabarkan sedang mengembangkan sebuah platform kecerdasan buatan baru. Kecerdasaan buatan yang diberi nama Gabriel ini dikembangkan untuk dapat memberikan asistensi kognitif melalui suara.
Dengan kata lain, kecerdasan buatan ini mampu membisikkan instruksi kepada pendengarnya untuk melakukan hal tertentu.
Mengutip informasi dari laman Engadget, Kamis (3/12/2015), salah satu tujuan utama pengembangan Gabriel adalah untuk membantu orang-orang yang hidup dengan Alzheimer, cedera otak atau kondisi neurodegeneratif lainnya.
Salah satu contohnya adalah ketika pasien lupa nama seseorang, maka Gabriel dapat mengingatkan nama orang tersebut. Tak hanya itu, Gabriel juga diprogram untuk menolong pasien melakukan kegiatan sehari-hari dengan lebih mandiri.
Baca Juga
Advertisement
Karena Gabriel adalah sebuah software, maka pemakainya diharuskan menggunakan perangkat tambahan untuk bisa mendengar suara Gabriel.
Namun, untuk saat ini peneliti dari Carnegie Mellon University belum mengembangkan perangkat tersendiri, sehingga dalam uji coba masih menggunakan Google Glass.
Untuk mengembangkan Gabriel, para peneliti mengadopsi teknologi yang disebut Cloudlets bernama Elia. Cloudlet sendiri digambarkan sebagai unsur di antara komputasi mobile dan komputasi awan.
Lewat cloudlets, pengguna dapat mengandalkan mesin komputasi terdekat daripada harus mengirim informasi ke server yang lebih jauh. Dan, salah satu penerapan cloudlet adalah dalam teknologi asistensi kognitif.
(Dam/Isk)