Liputan6.com, Jakarta - Petugas pelayanan pengawasan dan pengendalian sosial (P3S) Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat, mengungkap praktik sindikat 'kotak amal' yang biasa beroperasi kawasan Jakarta Pusat. Ada pengakuan mencengangkan dari pengakuan salah seorang 'pekerja' yang diamankan.
Adalah Eriyadi (35), pemuda yang diamankan P3S Sudinsos Jakarta Pusat, Rabu (2/12/2015). Pria asal Jembatan Lima Pasar Thamrin, Tanah Abang, ini kedapatan tengah mengedarkan kotak amal.
"Pencarian uang dengan kotak amal semacam ini biasanya mengatasnamakan pembangunan masjid, pesantren, musola, yayasan yatim piatu, penyandang disabilitas. Tapi ini hanya kotak berwarna hijau dengan tulisan infak sedekah," ujar Isra, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Sudinsos Jakarta Pusat, di Jakarta, Rabu (2/12/2015).
Baca Juga
Advertisement
Pengakuan Eriyadi kepada petugas P3S, Eriyadi sudah melakoni pekerjaan tersebut sejak 2001. Rupanya, dia tidak sendiri. Ada 96 orang yang melakoni hal serupa.
Mereka, kata Isra, berasal dari Depok, Bogor, Jagakarsa, Kebayoran, dan daerah lainnya di sekitar Jakarta. 96 orang itu 'diasramakan' di Jakarta Barat.
"Mereka beroperasi di beberapa sentra-sentra bisnis. Seperti di pasar, stasiun, pertokoan, pom bensin dan lainnya. Mereka dibagi dan berpencar." ungkap Isra.
Para 'pekerja' itu diwajibkan menyetor hasil 'kotak amal' ke seorang perempuan yang namanya sudah dikantongi petugas Dinas Sosial.
Raup Ratusan Juta
Menurut Eriyadi, setiap 'pekerja' menyetorkan Rp 30 ribu kepada perempuan tersebut. Sisanya, untuk mereka yang mengedarkan kotal amal.
"Dapat besar atau kecil pokoknya harus setor Rp 30 ribu. Sehari Eriyadi bisa mendapat seratus sampai Rp 150 ribu," terang Isra.
Para pengedar kotak amal itu tidak tahu menahu uang yang mereka setorkan ke koordinator mereka.
"Kita tidak tahu menahu uangnya untuk apa. Itu urusan Bos," tutur Isra menirukan ucapan Eriyadi.
Isra kemudian mencoba menghitung uang yang diraup koordinator pengedar kotak amal. Bila Rp 30 ribu dikalikan 96 orang, dalam sehari koordinator tersebut akan meraup Rp 2.880.000.
"Nah, kalau sebulan berapa penghasilannya? Ini jelas-jelas penipuan," ujar Isra.
Bila Rp. 2.880.000 dikalikan sebulan, asumsi 20 hari, maka uang yang diperoleh Rp 86.400.000.
Isra mengimbau warga Jakarta agar tidak mudah memberi sedekah di jalanan. Karena itu salah satu modus pencarian uang yang tidak jelas peruntukannya.
"Bersedekahlah langsung ke lembaga, yayasan, tempat ibadah, panti asuhan yang kredibel," imbau Isra.