Liputan6.com, Jakarta - Mengikuti bursa Asia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada pembukaan perdagangan pagi ini.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Kamis (3/12/2015), IHSG turun 19,37 poin atau 0,43 persen ke level 4.526,49. Indeks saham LQ45 menguat 0,68 persen ke level 784,98.
Begitu juga pada pembukaan pukul 09.00 WIB, IHSG langsung turun 20,42 poin atau 0,48 persen ke level 4.524,22. Indeks saham LQ45 juga melemah 0,72 persen ke level 779,4.
Baca Juga
Advertisement
Ada sebanyak 74 saham yang menopang penurunan sementara 21 saham menghijau. Kemudian 37 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 4.697 kali dengan volume perdagangan saham 76,44 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 135,49 miliar.
Secara sektoral, dari seluruh sektor kompak turun dan berada di zona merah. Saham sektor industri dasar memimpin penurunan dengan turun 5,0 poin 1,21 persen. Diikuti sektor tambang yang turun 0,71 persen
Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 20 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 20 miliar.
Saham yang menguat dan mendorong indeks antara lain OKAS yang naik 16,5 persen ke level Rp 120, saham Bayu menguat 10,2 persen ke level Rp 1.080 per saham, dan saham BBYB menguat 7,65 persen ke level Rp 211 per saham.
Sedangkan saham-saham yang mendorong pelemahan antara lain saham WOMF yang turun 10 persen ke level Rp 90 per saham, saham PYFA juga tergelincir 9,52 persen ke level Rp 114 per saham, dan saham GZCO susut 9,46 persen ke level Rp 67 per saham.
DI Bursa Asia, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen mengekor Wall Street yang memerah seiring pernyataan Yellen dan penurunan harga minyak mentah yang ikut menumbangkan saham-saham energi. Indeks Nikkei Jepang juga melemah 0,2 persen dan saham Australia jatuh 0,5 persen.
Analis dari First Asia Capital, David Sutyanto mengatakan, pergerakan pasar global yang cenderung di teritori negatif akan mempengaruhi perdagangan saham hari ini.
"IHSG diperkirakan akan bergerak bervariasi dalam rentang konsolidasi di kisaran 4510 hingga 4580 cenderung melemah. Penguatan dolar AS seiring data ekonomi AS yang keluar akan berpeluang menekan kembali nilai tukar rupiah dan mempengaruhi perdagangan saham," katanya.